“Wah, kasire bocah anyaran iki, suwi banget. Tahu begini, tadi antre di kasir yang lain saja, Plo,” kata Cempluk sambil mengedarkan pandang mencari kasa lain yang sepi dari antrean.
Tiba-tiba matanya tertumbuk ke salah satu kasa yang sepi pembeli. “Wah, itu ada yang sepi! Ayo, kita ke sana, Plo!” ujar Cempluk seraya menarik tangan Jon Koplo yang berdiri di belakangnya.
Tapi apa yang terjadi? “Eeeh… Mbak, Mbak! Mau kemana?” jerit seseorang membuat Cempluk kaget.
Dia pun menoleh dan tambah kaget! Blaik! Ternyata yang ditariknya tangan seorang bapak-bapak bertubuh tambun! Usut punya usut ternyata Koplo tak berdiri tepat di belakang Cempluk, melainkan keletan si bapak bertubuh tambun tersebut.
Dengan wajah abang ireng menahan malu, Cempluk menarik Koplo pergi. “Kamu sih tidak bilang-bilang, kalau tak berdiri di belakangku? Pantas saja kok tadi kurasakan kayak megang pisang raja!” protes Cempluk kesal. Sementara Koplo hanya ngguyu ngakak. “Makanya, Pluk, lihat-lihat dulu, jangan asal tarik!” ledek Koplo.
Chandra Dewi, Widorosari RT 004/RW 007 Pucangan, Kartasura, Sukoharjo