News
Kamis, 17 April 2014 - 07:44 WIB

POLEMIK KRI USMAN-HARUN : Singapura Terima Permintaan Maaf Jenderal Moeldoko

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Usman dan Harun, personel Korps Marinir TNI AL yang pada masa Operasi Dwikora melakukan aksi penyusupan ke Singapura yang di tahun 1960-an masih menjadi bagian Malaysia dan melakukan serangan bom. (liputan6.com)

Solopos.com, SINGAPURA — Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen, menyatakan pemerintah negara itu menerima permintaan maaf panglima TNI soal penamaan kapal perang baru milik TNI Angkatan Laut (AL), KRI Usman-Harun. Dalam pernyataannya Rabu (16/4/2014), Ng menyatakan Singapore Armed Forces (SAF) atau angkatan bersenjata Singapura akan mengembalikan kerjasama bilateral dengan TNI.

“Saya menerima permintaan maaf Jenderal Moeldoko [Panglima TNI] sebagai sikap konstruktif untuk meningkatkan hubungan pertahanan bilateral antara kedua negara. SAF akan membalas niat posifit Jenderal Moeldoko dengan mengembalikan kerjasama dan aktivitas dengan TNI untuk memperkuat kesepahaman dan persahabatan yang telah terjalin sejak beberapa dekade,” kata Ng seperti dikutip The Straits Times melalui Straitstimes.com, Rabu (16/4/2014) sore.

Advertisement

Permintaan maaf ini diungkapkan Moeldoko Rabu lalu. “Kami tidak punya niat buruk apapun untuk mengaduk emosi, sama sekali. Saya minta maaf,” kata Moeldoko dalam sebuah wawancara dengan Channel News Asia yang dikutip Straits Times. Namun Moeldoko menyatakan penamaan KRI Usman-Harun tidak akan dicabut.

Seperti diberitakan sebelumnya, penamaan Usman-Harun untuk kapal perang baru TNI AL menimbulkan protes keras dari pemerintah Singapura. Hal ini tak lepas dari sejarah konfrontasi Indonesia dengan Malaysia di masa Orde Lama. Saat itu, dua anggota marinir (dulu KKO), Usman Mohamad Ali dan Harun Said mengebom Mac Donald House di Singapura sehingga menewaskan tiga orang dan melukai 33 orang.

Keduanya ditangkap dan dieksekusi di Singapura pada 1968. Bagi Indonesia, keduanya adalah pahlawan. Namun sebaliknya bagi Singapura, keduanya dianggap sebagai teroris. Di Indonesia, jasad keduanya dimakamkan dengan penghormatan militer. Hal ini menimbulkan ketegangan hubungan kedua negara.

Advertisement

Namun hubungan kedua negara akhirnya membaik setelah PM Singapura saat itu, Lee Kuan Yew, memberikan bunga ke makam Usman dan Harun saat mengunjungi Jakarta pada 1973.

Penamaan KRI Usman-Harun pun memicu memanasnya kembali hubungan Indonesia –Singapura. Di Singapura, muncul penolakan besar-besaran terhadap kehadiran kapal itu di perairan Singapura. Bahkan Pemerintah Singapura membatalkan undangan terhadap pejabat TNI dalam Singapore Air Show belum lama ini.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif