Soloraya
Kamis, 10 April 2014 - 16:16 WIB

LAHAR HUJAN MERAPI : Awas! 57,8 Juta Kubik Material Menumpuk di Lereng Merapi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Istimewa/Akun Twitter BPPTG)

Solopos.com, KLATEN — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mencatat ada sekitar 57,8 juta kubik material Gunung Merapi yang ngendon di hulu tujuh sungai di tiga kabupaten. Dari jumlah tersebut, 3,9 juta kubik material di antaranya ngendon di hulu Kali Woro, Klaten.

Kasi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Sri Sumarti, mengatakan tiga kabupaten tersebut adalah Magelang (Kali Putih, Senowo, Trising, Apu dan Pabelan), Sleman (Kali Gendol) dan Klaten (Kali Woro). Secara rinci, lima kali di Magelang yang menjadi alur lahar hujan di lereng barat masih memiliki potensi 34,9 juta kubik material.

Advertisement

Sedangkan, di lereng selatan seperti Kali Gendol, Sleman, masih menyimpan 19 juta kubik material. Untuk di Kali Woro, Klaten, ngendon 3,9 juta kubik material. Menurutnya, masih banyaknya material yang menumpuk di hulu kali bisa mengancam terjadinya banjir lahar hujan. Pihaknya pun meminta masyarakat untuk terus waspada. Pasalnya, saat ini curah hujan diprediksi masih cukup tinggi.

“Meski tidak bisa secara eksak terjadi, namun dengan curah hujan 40-50 mm/jam sudah bisa bisa memicu terjadinya lahar hujan,” paparnya saat ditemui wartawan usai memberikan materi dalam Sarasehan tentang Perkembangan Gunung Merapi bersama BPPTKG Yogyakarta dan Masyarakat Merapi Kabupaten Klaten, Kamis (10/4/2014). Kegiatan tersebut diselenggarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten di Hotel Galuh, Prambanan.

Sumarti, juga menjelaskan bahwa siklus letusan empat tahunan Gunung Merapi tidak bisa menjadi patokan. Pasalnya, pada 1800-an gunung teraktif di dunia tersebut pernah absen meletus. Pihaknya pun masih merasa kesulitan memprediksi kapan gunung tersebut kembali meletus.

Advertisement

Untuk memantau Gunung Merapi, sambung dia, BPPTK telah melakukan berbagai macam cara seperti memasang CCTV hingga memasang reflektor di puncak. “Pemasangan cermin atau relektor itu ternyata berhasil memperkirakan Merapi meletus pada 2010 lalu. Caranya dengan melihat penggembungan yang ada pada sekitar kawah,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Klaten, Sri Winoto, mengatakan kegiatan kemarin digelar untuk mengantisipasi fenomena letusan Merapi yang bisa terjadi kapan saja. Dengan demikian, masyarakat bisa mengetahui ciri dan aktivitas Merapi untuk bisa terus meningkatkan kewaspadaan.

“Kegiatan dihadiri puluhan orang yang merupakan sukarelawan Balerante, Tagana, Orari, PMI, Kokam, Senkom dan tokoh masyarakat desa,” katanya kepada wartawan di lokasi, Kamis.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif