News
Selasa, 8 April 2014 - 03:33 WIB

Muslim Ekstremis China Larang Menangis dan Tertawa

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Chinadaily.com.cn)

Solopos.com, SOLO — Sebagian kaum muslim di Provinsi Xinjiang, China disebut-sebut melarang orang tertawa saat hadir dalam pesta pernikahan dan menangis saat upacara pemakaman. Fatwa itu tak urung membuat pemerintah Provinsi Xinjiang, China resah.

Mereka menggolongkan penganut pemikiran itu sebagai kaum ekstremis. Pemerintah juga mengimbau seluruh warganya meninggalkan pemikiran ekstrem semacam itu.

Advertisement

Gurbernur Xinjiang Nur Bekri mengatakan ajaran yang diajarkan kaum ekstremis itu sudah tergolong sesat dan menyimpang ajaran agama Islam. Dia beranggapan penganjur pemikiran tersebut berusaha menyebarkan ajaran yang justru akan merugikan kehidupan orang lain.

Ajaran yang disebut Nur Bekri merugikan itu juga meliputi membunuh orang kafir yang dinilai bernilai lebih dari 10 tahun kebaikan dan mendapatkan apapun di surga kelak. Mereka juga mengatakan orang yang tak mau mengikuti ajaran tersebut dikategorikan sebagai pengkhianat.

“Mereka menggunakan ini untuk membingungkan orang agar percaya pada apa yang mereka yakini sebagai suatu bentuk jihad yang bisa berbentuk serangan teror bom atau kekerasan lainnya,” kata Bekri sebagaimana dikutip Reuters, Senin (7/4/2014).

Advertisement

Kegelisahan pemerintah China sebenarnya telah berkembang sejak peristiwa yang terjadi pada Oktober 2013 lalu. Saat itu, China menganggap ajaran ekstrem Islam telah menyebabkan sebuah mobil sengaja dibakar. Sebanyak 29 orang juga menjadi korban penikaman hingga meninggal dunia yang terjadi sebulan lalu di kota barat daya Kunming, China.

Tapi, kaum muslim Xinjiang justru menganggap penyebab utama kerusuhan itu adalah kerasnya peraturan yang ditetapkan pemerintah China. Peraturan tersebut menyangkut pembatasan ibadah dan budaya yang dianut oleh kaum muslim Uighur di wilayah tersebut.

Xinjiang merupakan sebuah wilayah dengan letak yang strategis di perbatasan Asia Tengah dengan kekayaan sumbar daya yang melimpah, namun wilayah ini selama bertahun-tahun kerap kali dilanda kekerasan. Pemerintah China menuding kekerasan itu disebabkan para gerilyawan Islam dan kaum separatis.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif