Soloraya
Kamis, 2 Mei 2024 - 05:16 WIB

Petani Tembakau Boyolali Bertemu di Selo, Bahas Keluhan Hama Kera hingga Pupuk

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali, Nanang Teguh Sambodo, saat berbicara di forum halalbihalal anggotanya di Sepandan Lor, Desa/Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Selasa (30/4/2024). (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali menggelar halalbihalal di Dukuh Sepandan Lor, Desa/Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Selasa (30/4/2024). Mereka berkumpul dalam rangka saling maaf memaafkan serta membicarakan keluhan petani tembakau.

Halalbihalal dihadiri oleh puluhan anggota APTI Boyolali dari berbagai kecamatan dan juga warga Desa Selo yang juga merupakan petani tembakau.

Advertisement

Ketua APTI Boyolali, Nanang Teguh Sambodo, mengatakan masalah yang dihadapi para petani tembakau adalah pupuk. Ia menjelaskan subsidi pupuk ZA dan SP 36 untuk petani tembakau dicabut. Sehingga para petani tembakau memakai pupuk nonsubsidi.

“Untuk itu kawan-kawan petani tembakau berkomunikasi dengan dinas terkait, bahwa bantuan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau atau DBHCHT sebagian diberikan untuk kebutuhan petani berupa pupuk,” jelas dia ditemui seusai acara.

Advertisement

“Untuk itu kawan-kawan petani tembakau berkomunikasi dengan dinas terkait, bahwa bantuan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau atau DBHCHT sebagian diberikan untuk kebutuhan petani berupa pupuk,” jelas dia ditemui seusai acara.

Selain itu, Nanang juga mengatakan DBHCHT juga diberikan kepada petani dengan bantuan alat-alat pertanian. Kemudian, masalah kedua terdapat di daerah atas terdapat hama kera. Nanang menjelaskan berdasarkan diskusi para petani, nantinya APTI Boyolali akan menyampaikan ke instansi terkait agar ada bantuan untuk membantu melindungi tanaman tanpa membunuh hama kera.

Ia menjelaskan daerah yang biasa terkena hama kera yaitu daerah lereng gunung seperti Selo, Cepogo, Musuk, Tamansari, Gladagsari, dan Ampel. Nanang mengatakan tanaman kera memang tidak memakan tembakau, tapi mereka merusak tanaman dengan mematahkan daunnya.

Advertisement

Kemudian, APTI menjelaskan kawan-kawan petani eksis dalam perhelatan politik pada 2024, Nanang mengatakan APTI membutuhkan sosok yang mampu melindungi dan mengayomi petani, termasuk petani tembakau.

“Misal dengan adanya pemasaran yang biasanya pemasaran belum bermitra, bagaimana dinas terkait ikut membantu bermitra. Kami juga berterima kasih kepada dinas terkait yang ikut membantu bermitra dan atas bantuan yang diberikan kepada kami,” kata dia.

Sementara itu, petani tembakau Selo, Wiyarto, menyampaikan harga tembakau pada 2023 lumayan bagus. Ia menjelaskan harga tembakau rajangan kering yang ikut dengan kemitraan mencapai Rp75.000 per kilogram. Untuk harga 2024, Wiyarto mengatakan masih belum tahu harganya karena para petani baru memulai menanam.

Advertisement

Ia berharap harga panen tembakau pada 2024 ini bisa mengikuti harga 2023. Wiyarto mengatakan berdasarkan informasi yang ia terima, saat ini pabrik rokok masih membutuhkan banyak tembakau. Sehingga, ia berharap harga tembakau pada 2024 masih sebagus atau bahkan lebih bagus dibanding 2023.

“Ladang saya ada dua hektare yang saya tanami, kalau di kelompok tani ada sekitar 31 hektare. Produktivitasnya per hektare masih di kisaran 5 ton. Itu sedang tidak bagus karena kemarau lebih awal, sehingga banyak tembakau yang tidak kena air hujan,” kata dia.

Ia mengatakan dengan petani menggarap sendiri, produktivitas tersebut sudah bisa menutup ongkos produksi. Namun, ada beberapa petani yang mempekerjakan orang lain dan tidak menghitung ongkos tanam dan pemeliharaan.

Advertisement

Wiyarto berharap pemerintah kembali memberikan petani tembakau subsidi pupuk. Hal tersebut untuk mengurangi kerugian petani.

Selanjutnya, masalah yang dihadapi petani tembakau di Selo yaitu ketika ingin mengeringkan tembakau, para petani Selo harus mencari panas hingga Kartasura, Sukoharjo.

Sementara itu, Koordinator Penyuluh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Selo, Haryono, mengatakan di Kecamatan Selo ada sekitar 1.600 hektare lebih tanaman tembakau yang menanam hingga April 2024, sedangkan 2023 ada sekitar 1.400 hektare – 1.500 hektare

“Ada peningkatan dibanding 2023 karena pertama musim, yang kedua untuk tanaman sayur kan bibitnya mahal, akhirnya petani larinya ke tembakau. Maret kemarin juga sudah tidak hujan, sehingga petani mengejar untuk menanam,” kata dia.

Lebih lanjut, terkait keluhan petani tembakau yang tidak mendapatkan pupuk subsidi, Haryono menjelaskan memang pupuk subsidi hanya untuk tanaman pangan dan hortikultura di komoditas tertentu.

“Untuk tembakau memang tidak dapat pupuk subsidi, akan tetapi mendapatkan bantuan dari DBHCHT APBD I dan II. Bantuannya berupa pupuk NPK, ZA, dan organik cair. Di Selo ada sekitar 200 kelompok tani, 50% dapat semua,” kata dia.

Selain bantuan pupuk, ada bantuan pembinaan, ada kultivator, mesin perajang tembakau, dan sebagainya.

“Kalau petani yang terdapat di Simluhtan ada 5.000 orang lebih, tapi petani di Selo tidak hanya menanam tembakau tapi juga menanam sayur,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif