Soloraya
Minggu, 28 April 2024 - 19:50 WIB

Warung Pecel Legendaris Mbah Nardi Wonogiri, Rasanya Tetap Khas sejak 1970-an

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengelola Warung Pecel Mbah Nardi menyiapkan pesanan pelanggan di warung yang sudah ada sejak 1970-an di Wuryorejo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Minggu (28/4/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sekilas tidak ada yang berbeda dari Warung Pecel Mbah Nardi di Jl Jenderal Sudirman, Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, dibanding warung pecel lainnya. Namun, warung ini termasuk legendaris karena sudah bertahan puluhan tahun, tepatnya sejak 1970-an.

Tidak ada hal lain yang membuat warung ini bertahan lama kecuali kelezatan sambal pecelnya. Sulit mendapatkan meja kosong untuk makan di warung ini. Para pengunjung datang silih berganti. Warga Wonogiri menyebut warung di pinggir jalan protokol ini sebagai warung pecel legendaris.

Advertisement

Dilihat dari penyajiannya, pecel di warung ini sebenarnya tidak ada yang spesial. Hanya, sambal pecelnya cukup kental. Rasa kacang bercampur pedas cabai mendominasi. Asam dari jeruk yang dicampurkan ke sambel pecel ini membuatnya terasa lebih segar. Ditambah telur ayam dadar gurih makin menambahkan kelezatan pecel Mbah Nardi.

Joko Widiyarno, 56, pemilik Warung Pecel Mbah Nardi, mengatakan warung pecelnya itu sudah ada sejak dia masih anak-anak. Warung itu didirikan oleh ibunya, yang namanya menjadi nama warung pecel tersebut, Mbah Nardi. Kini warung legendaris itu sudah dijalankan dia sebagai generasi kedua.

Advertisement

Joko Widiyarno, 56, pemilik Warung Pecel Mbah Nardi, mengatakan warung pecelnya itu sudah ada sejak dia masih anak-anak. Warung itu didirikan oleh ibunya, yang namanya menjadi nama warung pecel tersebut, Mbah Nardi. Kini warung legendaris itu sudah dijalankan dia sebagai generasi kedua.

Joko mengatakan kunci warung pecel itu bertahan lama yakni dengan mempertahankan kualitas dan cita rasa. Konsistensi rasa sejak dulu sampai sekarang disebut tidak berubah. Dia menyebut ibunya memiliki resep rahasia agar sambel pecelnya terasa lebih enak.

“Tapi resep rahasia itu tidak dipakai setiap hari karena bahan atau bumbunya mahal. Biasanya resep itu baru saya pakai kalau jumlah pembeli turun. Soalnya kalau pakai setiap hari, biayanya mahal. Meski begitu, pecel saya tetap banyak yang suka,” kata Joko saat berbincang dengan Solopos.com di warungnya, Minggu.

Advertisement

Sajian pecel di Warung Pecel Mbah Nardi yang sudah berahan puluhan tahun sejak 1970-an di Wuryorejo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Minggu (28/4/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Dalam sehari, minimal 20 kg beras dan 8 kg sambal pecel habis terjual di warung pecel legendaris ini. Jumlah pembeli dipastikan lebih dari 100 orang per hari. Selain rasa, kata dia, salah satu yang membuat warung pecel ini ramai dan bertahan lama yaitu karena murah.

Tidak Punya Cabang

Satu porsi pecel hanya dibanderol Rp9.000/porsi. Pembeli bisa menambah telur dadar hanya dengan merogoh kocek Rp3.000. Jika ditambah satu gelas es teh atau teh hangat, pelanggan cukup mengeluarkan uang Rp15.000 untuk sepaket.

Advertisement

“Pegawai-pegawai Pemkab Wonogiri banyak yang ke sini, pegawai bank dan karyawan lainnya sering banget datang,” ujar dia.

Joko menyampaikan meski laris manis, Warung Pecel Mbah Nardi tidak ada di tempat lain alias tidak membuka cabang. Padahal banyak pelanggan di warung itu, khususnya yang dari Solo, meminta Joko agar membuka cabang di sana.

“Dari sejak berdiri sampai sekarang, warung ini tidak pernah pindah. Ya di sini ini,” ungkapnya.

Advertisement

Warung Pecel Mbah Nardi Wonogiri ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB-14.00 WIB. Menurut Joko, sebenarnya dia bisa saja membuka lebih lama sampai sore.

Tetapi dia tidak ingin enam karyawannya bekerja terlalu capai. Warung yang berada di sebelah kiri jalan dari arah Solo ini bisa mengantongi omzet sekitar Rp4 juta-Rp5 juta per hari.

Saat akhir pekan, omzetnya bisa tambah menjadi Rp7 juta-Rp8 juta karena pengunjung bertambah ramai saat Sabtu dan Minggu. “Keuntungan bersih, bisa lebih dari 50% dari omzet. Warung ini tutup hanya saat [Bulan] Puasa dan Lebaran,” ungkapnya.

Salah satu pembeli, Dyah, mengaku baru kali pertama ini menjajal Pecel Mbah Nardi. Perempuan yang datang bersama suami dari Solo itu mengatakan rasa pecel Mbah Nardi tidak mengecewakan, walaupun dia agak kepedasan.

“Patut dicoba kembali. Rasanya enak, tapi untuk ukuran saya, ini sambelnya agak pedas,” ucap Dyah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif