News
Senin, 31 Maret 2014 - 15:00 WIB

NYEPI 2014 : Turis Tunggu Akhir Brata Penyepian di Penginapan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota pecalang atau satuan pengamanan adat Bali memantau situasi jalan pantai saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Pantai Kuta, Bali, Senin (31/3/2014). Kawasan pariwisata Pantai Kuta dan sekitarnya yang setiap harinya dikunjungi ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara, ditutup selama 24 jam saat perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1936. (JIBI/Solopos/Antara/Wira Suryantala)

Solopos.com, DENPASAR — Ritual nyepi menyambut datangnya tahun baru dalam tarikh Saka menjadi momentum sakral yang ditunggu-tunggu warga Bali. Tetapi lain halnya dengan para turis asing. Mereka terpaksa bertahan di penginapan demi menunggu akhir brata penyepian umat Hindu Dharma.

Empat turis asal Australia terjebak di penginapan saat berlibur di Pulau Dewata karena tidak mengetahui aturan daerah saat Hari Raya Nyepi. Silas vogt, Franziska Philippus, Lea Leidenberger, dan Felix Schunder-zeeh, turis asal Australia mengaku sudah merancang liburan sejak lama dan tidak mengetahui adanya larangan bepergiaan saat tahun baru Saka di Bali.

Advertisement

“Kami sudah merancang liburan sejak lama dan membeli tiket. Kami tidak tahu ada perayaan Nyepi,”ungkap Silas Vogt, salah seorang turis yang bekerja di peternakan sapi di Australia, Senin(31/3/2014).

Dia juga menyesal karena tidak sempat melihat pawai ogoh-ogoh yang berlangsung, Minggu (30/3/2014), karena baru tiba di Bali pada malam hari. Kendati demikian, dia tidak keberatan untuk tinggal di penginapan selama 24 jam demi menghormati hari raya umat Hindu itu.

Hal itu berbeda dengan pasangan Sri Anindya Nur Sastri dan Hilman Haris yang justru sengaja berlibur ke Bali pada momentum Nyepi. Kedua wisatawan lokal asal Jakarta yang bekerja sebagai jurnalis itu rela merogoh kocek lebih dalam demi membeli tiket pesawat dan penginapan agar bisa menyaksikan kekhidmatan Nyepi.

Advertisement

“Kami sengaja kemari untuk melihat ramainya upacara melasti di pantai, apalagi pawai ogoh-ogoh. Sangat unik,”kata Hilman.

Bali menjadi satu-satunya wilayah yang menerapkan larangan warga atau penghuni melakukan kegiatan di tempat umum saat prosesi catur brata penyepian. Bagi pelanggar akan dikenakan sanksi hukuman sosial.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif