Lifestyle
Minggu, 30 Maret 2014 - 05:02 WIB

ASAL USUL : Asale Nama Desa Tumang Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kerajinan tembaga di Desa Tumang Boyolali. (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Siapa tak kenal dengan wilayah Tumang? Daerah penghasil logam ini adalah salah satu dukuh yang ada di Desa Cepogo, Boyolali. Kawasan ini bisa ditempuh dari jalur Solo-Selo-Boyolali (SSB), tetapi bisa juga ditempuh melalui jalur Boyolali-Ampel ke arah barat.

Ada cerita menarik yang ada di dukuh tersebut sehingga hingga saat ini kawasan itu menjadi kawasan penghasil produk ekspor unggulan. Menurut cerita warga setempat, pada masa pemerintahan Mataram Hindu, kawasan hutan belantara yang berada di lereng Gunung Merapi ini adalah tempat pembakaran mayat. “Tepatnya waktu itu sekitar abad sembilan,” kata Kades Cepogo, Mawardi, belum lama ini.

Advertisement

Nama Tumang sendiri diambil dari nama atau sebutan untuk makhluk halus, Hantu Kemamang. Hantu Kemamang, menurut masyarakat saat itu selalu muncul saat ada aktivitas pembakaran mayat. Tepatnya saat sumber api menyala.

“Dari situlah muncul nama Tumang.” Tetapi, bagaimana ceritanya sehingga kawasan kini berubah menjadi daerah penghasil logam khususnya tembaga?

Saat itu sekitar tahun 1930, ada titah dari Raja Paku Buwono X (PBX) yang saat itu datang ke kawasan Tumang untuk mencari salah satu pusaka keraton yang hilang. PB X datang ke tempat tersebut karena kabarnya pusaka keraton itu ada di sekitar Makam Kyai Ageng Rogosari.

Advertisement

Saat ritual pencarian pusaka itu dilakukan, PB X pun melihat aktivitas warga di wilayah Tumang. Saat itu, Tumang sudah bukan lagi sebagai tempat pembakaran mayat tetapi sudah berubah menjadi sebuah kawasan yang berperadaban.

Saat pemerintah kolonial Belanda masuk ke kawasan Tumang, warga di Tumang mulai membangun peradaban. Masyarakat mulai membangun rumah, membuka ladang pertanian dan perkebunan. Kemudian, masyarakat Tumang juga memanfaatkan kabel-kabel berbahan tembaga dibuat menjadi alat dapur dengan cara dicor, ditempa dan dibentuk.

Melihat pembuatan alat dapur dari Tembaga ini, PB X pun berpesan kepada masyarakat setempat agar aktivitas itu diteruskan karena akan menjadi rezeki bagi Tumang. “Bunyi titahnya demikian, ‘Terusno, sesuk bakal dadi dalan rezekimu’,” kutip Mawardi.

Advertisement

Masyarakat Tumang pun menjalankan titah tersebut. Hingga saat ini, masyarakat Tumang bisa berkembang menjadi pusat atau sentra produksi kerajinan berbahan dasar logam tembaga, termasuk aluminium, besi dan kuningan. Tidak hanya alat dapur yang bisa dibuat, tetapi juga kerajinan bentuk lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi bahkan bisa menembus pasar ekspor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif