Soloraya
Kamis, 27 Maret 2014 - 16:50 WIB

Ketemu Petani Boyolali, Menteri Perdagangan Janji Harga Cabai Stabil

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi cabai rawit. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, BOYOLALI — Di hadapan ratusan petani cabai di Tlogolele, Selo, Boyolali, Menteri Perdagangan, M.Lutfi, berjanji menjaga stabilitas harga cabai di tingkat petani stabil dan tidak dimainkan pedagang.

M.Lutfi juga berjanji akan mengembangkan Pasar Sayur Cepogo sebagai kawasan resi sehingga keberadaan pasar itu tidak hanya bermanfaat bagi pedagang tetapi juga petani. Hal ini disampaikan M. Lutfi saat panen raya cabai rawit merah di Tlogolele, Selo, bersama Menteri Pertanian, Suswono, Kamis (27/3/2014).

Advertisement

Soal pengembangan Pasar Cepogo itu, Lutfi dan Suswono bahkan menyatakan siap menggandeng bank untuk mewujudkan program resi tersebut. Tujuannya, petani bisa menjaga harga komoditasnya agar tidak jatuh pada saat panen raya dan pedagang juga bisa menjaga stabilitas pasokan. “Kami upayakan secepatnya. Bahkan sebelum peluit panjang ditiup [masa jabatan Kabinet Bersatu II habis], kami janji untuk datang lagi ke sini,” kata Lutfi.

Sama halnya dengan program resi yang ditawarkan Lutfi, Menteri Pertanian Suswono juga meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali mengembangkan program resi tersebut. “Contohlah Bantul. Sediakan anggaran Rp5 miliar per tahun untuk resi untuk komoditas sayuran. Program ini bisa jadi gertakan buat pedagang agar tidak memainkan harga seenaknya sendiri,” kata Suswono.

Dengan anggaran ini, Pemkab bisa berada pada posisi paling depan dalam menyelamatkan petani dari permainan harga yang merugikan. “Saat panen raya, atau saat harga turun, pemkab beli sayuran petani itu dengan anggaran yang disiapkan. Nantinya pedagang pun akan berfikir, takut kalau tidak dapat pasokan pedagang akhirnya kembali menaikkan harga.”

Advertisement

Suswono juga menyebutkan, akses lahan pertanian yang minim membuat petani cabai di Indonesia kurang memiliki daya saing. Dari paparan yang disampaikan, rata-rata kepemilikan lahan petani cabai di Boyolali hanya 0,3 hektare per petani. Menurutnya, idealnya petani bisa memiliki 2 hektare lahan agar proses produksi lebih efisien.

Sementara itu, dalam kunjungannya ke Tlogolele, M. Lutfi dan Suswono sempat berbincang-bincang dengan petani setempat. Sejumlah petani menyebutkan bahwa sayuran asal Tlogolele sudah berhasil menembus pasar luar negeri. Salah satunya ekspor ke Singapura. Tetapi, untuk mencapai pasar di Pulau Kalimantan, petani masih mengalami kesulitan terutama untuk tingginya biaya transportasi. Bahkan petani pernah dirugikan karena mencoba masuk ke Kalimantan.

Asisten II Setda Boyolali, Syawaludin, menyebutkan Boyolali adalah salah satu wilayah yang PDRB-nya ditopang dari produksi pertanian salah satunya hortikultura. Khusus untuk cabai, dia menyebutkan bahwa luas lahan produksi cabai rawit mencapai 2.201 hetare dan luas lahan produksi cabai besar berkisar 200 hektare.

Advertisement

Untuk produksi cabai rawit merah rata-rata 238.322 kuintal dan cabai besar rata-rata 11.205 kuintal. Pihaknya juga merespons masukan dari Mentan dan Mendag terkait penyediaan anggaran untuk program resi tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif