Soloraya
Kamis, 27 Maret 2014 - 13:50 WIB

Inflasi Solo 2013 Tertinggi Kedua di Jateng

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Laju inflasi di Kota Solo sepanjang 2013 mencapai 8,32%. Inflasi tersebut tertinggi kedua di Jawa Tengah (Jateng) setelah Purwokerto sebesar 8,50%. Inflasi Solo terhitung lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju inflasi di Jateng senilai 7,99% dan hampir sama dengan laju inflasi nasional 8,38%.

Berdasarkan Surakarta Dalam Angka 2012, inflasi 2013 mengalami peningkatan yang drastis bila dibandingkan inflasi di 2012 yang hanya 5,74%. Inflasi paling besar di 2012 terjadi pada kelompok sandang sebesar 4,74%. Menurut penjelasan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, laju inflasi 2013 dipengaruhi oleh laju inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar Rp15,34% dan kelompok transportasi sebesar 14,13%. Padahal inflasi kelompok bahan makanan di 2012 hanya 3,14% dan inflasi pada kelompok transportasi hanya 1,32%.

Advertisement

“Beberapa faktor dominan yang mendorong meningkatnya laju inflasi di Solo dibandingkan tahun 2012 hanya 2,87%, yakni berkaitan dengan adanya kebijakan pemerintah pusat seperti, kenaikan harga BBM [bahan bakar minyak], pembatasan impor produk holtikultural, kenaikan UMK [upah minimum kota], dan kenaikan cukai rokok,” kata Wali Kota Solo dalam nota pengantar Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota Solo 2013 yang dibacakan saat rapat paripurna, Rabu (26/3/2014).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Agus Rahmat S., saat ditemui wartawan, Kamis (27/3/2014), mengungkapkan angka inflasi 2013 itu tertinggi kedua setelah Purwokerto. Menurut dia, secara nasional inflasi di Solo berada pada urutan ke-41. Inflasi yang tinggi di Solo, terang dia, disebabkan karena kenaikan harga BBM yang berdampak cukup besar di 2013.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Agus Rahmat S., saat ditemui wartawan, Kamis (27/3/2014), mengungkapkan angka inflasi 2013 itu tertinggi kedua setelah Purwokerto. Menurut dia, secara nasional inflasi di Solo berada pada urutan ke-41. Inflasi yang tinggi di Solo, terang dia, disebabkan karena kenaikan harga BBM yang berdampak cukup besar di 2013.

Kenaikan harga BBM itu, lanjut dia, berakibat pada naiknya inflasi pada kelompok manakanan, seperti beras dan cabai yang mencapai 15% lebih. Selain itu, kenaikan BBM itu, imbuhnya, juga berdampak pada munculnya inflasi pada kelompok transportasi juga meningkat sampai 14% lebih.

“Inflasi yang tinggi itu akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat karena harga-harga meningkat. Misalnya harga nasi bungkus sebelumnya Rp5.000/bungkus bisa naik. Tingginya angka inflasi itu juga terjadi pada adanya kenaikan harga BBM pada beberapa tahun sebelumnya. Nah, di 2014 ini selama tidak ada kebijakan ektrim dari pemerintah pusat, maka inflasi bisa turun,” tegas Bagus.

Advertisement

PEMBANGUNAN EKONOMI

Inflasi Solo 2013 Tertinggi Kedua di Jateng

Advertisement

 

SOLO—Laju inflasi di Kota Bengawan sepanjang 2013 mencapai 8,32%. Inflasi tersebut tertinggi kedua di Jawa Tengah (Jateng) setelah Purwokerto sebesar 8,50%. Inflasi Solo terhitung lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju inflasi di Jateng senilai 7,99% dan hampir sama dengan laju inflasi nasional 8,38%.

Berdasarkan Surakarta Dalam Angka 2012, inflasi 2013 mengalami peningkatan yang dratis bila dibandingkan inflasi di 2012 yang hanya 5,74%. Inflasi paling besar di 2012 terjadi pada kelompok sandang sebesar 4,74%. Menurut penjelasan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, laju inflasi 2013 dipengaruhi oleh laju inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar Rp15,34% dan kelompok transportasi sebesar 14,13%. Padahal inflasi kelompok bahan makanan di 2012 hanya 3,14% dan inflasi pada kelompok transportasi hanya 1,32%.

Advertisement

“Beberapa faktor dominan yang mendorong meningkatnya laju inflasi di Solo dibandingkan tahun 2012 hanya 2,87%, yakni berkaitan dengan adanya kebijakan pemerintah pusat seperti, kenaikan harga BBM [bahan bakar minyak], pembatasan impor produk holtikultural, kenaikan UMK [upah minimum kota], dan kenaikan cukai rokok,” kata Wali Kota dalam nota pengantar Laporkan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota Solo 2013 dalam rapat paripurna, Rabu (26/3).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Agus Rahmat S., saat ditemui wartawan, Kamis (27/3), mengungkapkan angka inflasi 2013 itu tertinggi kedua setelah Purwokerto. Menurut dia, secara nasional inflasi di Solo berada pada urutan ke-41. Inflasi yang tinggi di Solo, terang dia, disebabkan karena kenaikan harga BBM yang berdampak cukup besar di 2013. Kenaikan BBM itu, lanjut dia, berakibat pada naiknya inflasi pada kelompok manakanan, seperti beras dan cabai yang mencapai 15% lebih. Selain itu, kenaikan BBM itu, imbuhnya, juga berdampak pada munculnya inflasi pada kelompok transportasi juga meningkat sampai 14% lebih.

“Inflasi yang tinggi itu akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat karena harga-harga meningkat. Misalnya harga nasi bungkus sebelumnya Rp5.000/bungkus bisa naik. Tingginya angka inflasi itu juga terjadi pada adanya kenaikan BBM pada beberapa tahun sebelumnya. Nah, di 2014 ini selama tidak ada kebijakan ektrim dari pemerintah pusat, maka inflasi bisa turun,” tegas Bagus.

Menurut dia, pelaksanaan kampanye pemilu legislatif (pileg) belakangan ini juga bisa menyebabkan inflasi. Dia mengatakan selama proses kampanye uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. “Kami dari BPS tidak bisa intervensi, melainkan hanya memotret kondisi ekonomi. Untuk antisipasi inflasi, mestinya pemerintah kota melakukan sosialisasi ke masyarakat. Kenaikan UMK juga bisa mempengaruhi inflasi,” pungkasnya. (Tri Rahayu)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif