Soloraya
Rabu, 26 Maret 2014 - 05:45 WIB

ANCAMAN BENCANA MERAPI : Pembangunan 3 Pos Pemantauan Diperkirakan Memakan Anggaran Rp70 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Solopos.com KLATEN—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten memperkirakan pembangunan tiga pos pemantauan di lereng Merapi memakan anggaran senilai Rp70 juta. Nantinya, pos pemantauan berbasis teknologi informasi tersebut dilengkapi dengan closed circuit television (CCTV) infra merah dan bisa diakses masyarakat lewat internet.

Kepala BPBD Klaten, Sri Winoto, mengatakan sumber dana pembangunan tiga pos itu berasal dari APBD. Namun demikian, pembangunan itu belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat ini. Pasalnya, BPBD baru mengajukan anggaran pembangunan itu pada APBD Perubahan.

Advertisement

“Diperkirakan, pembangunan tiga pos pemantauan di Merapi menghabiskan anggaran sekitar Rp70 juta. Nanti, kami ajukan saat APBD perubahan,” paparnya kepada wartawan di ruang Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBD Klaten, Selasa (25/3).

Jika mendapat persetujuan, sambungnya, tiga pos pemantauan di lereng Merapi tersebut sudah bisa dimanfaatkan saat musim penghujan tahun depan tiba. Dengan demikian, pemantauan aktivitas Merapi seperti lahar hujan maupun panas bisa dimanfaatkan masyarakat secara lebih leluasa.

“Nantinya, CCTV yang dipasang di pos pemantauan Merapi juga berteknologi infra merah, sehingga bisa dilihat meski kondisi gelap,” jelasnya. Gambar yang ditangkap pada CCTV tersebut juga akan bisa dipantau langsung oleh masyarakat lewat internet. Selain itu, pos pemantauan juga dilengkapi dengan lampu tembak dan teknologi early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini.

Advertisement

Menurutnya, rencana pembangunan pos pemantauan ini berkaca pada potensi terjadinya bencana, baik letusan hingga banjir lahar hujan. Apalagi, saat ini masih terdapat jutaan meter kubik material dari Gunung Merapi yang masih ngendon di hulu Kaliworo. Kondisi tersebut mengakibatkan ancaman terjadinya banjir lahar hujan yang lebih besar di sepanjang alur Kali Woro.

Selain itu, pembangunan juga berdasarkan pengalaman pemasangan CCTV banjir di Bendung Talang yang menjadi aliran Kali Dengkeng, di Bayat, beberapa waktu lalu. Apalagi, Bendung Talang juga menjadi titik krusial pertemuan aliran air dari beberapa anak Kali Dengkeng.

Lebih lanjut, Sri Winoto mengatakan pemantauan aktivitas Merapi tidak bisa selamanya mengandalkan kemampuan relawan. “Pergerakan relawan belum cukup mengimbangi aktivitas dari Merapi. Oleh sebab itu harus difasilitasi dengan teknologi supaya bisa berjalan beriringan,” imbuhnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif