Soloraya
Selasa, 25 Maret 2014 - 14:32 WIB

WARGA PROTES PABRIK : Banjir, Warga Nambangan Segel Pintu Masuk Pabrik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pekerja pabrik pakaian dalam Libra Permana, Selogiri, Kabupaten Wonogiri keluar dari Balaidesa Nambangan, Kecamatan Selogiri setelah tertahan tak masuk pabrik karena pintu disegel warga, Selasa (25/3/2014).(JIBI/Solopos/Trianto Hery Suryono)

Solopos.com, WONOGIRI–Warga Dusun Nangger dan Dusun Bulak, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, mendemo manajemen pabrik pakaian dalam Libra Permana menyusul puluhan rumah warga tergenang air. Warga menyegel pintu masuk pabrik tersebut dan berjaga-jaga di depan pintu, Selasa (25/3/2014).

Akibatnya, 180-an pekerja pabrik tersebut tertahan dan tidak bisa masuk lokasi pabrik. Informasi yang dihimpun solopos.com, di lokasi kejadian, Selasa, aksi warga terjadi sekitar pukul 07.00 WIB seiring air menggenangi puluhan rumah warga di Dusun Nangger dan Dusun Bulak. Mayoritas rumah-rumah itu berada di sekitar lokasi pabrik tersebut.

Advertisement

“Selama 35 tahun saya tinggal di rumah, baru kali ini ada air masuk rumah. Kenapa keberadaan pabrik justru membawa malapetaka,” ujar Iswahyudi.

Warga sekitar pabrik tersebut, bercerita, air masuk ke rumahnya setinggi 30 sentimeter. Kejadian itu tak hanya dialami dirinya, sedikitnya 12 warga di Dusun Nangger juga merasakan air masuk ke dlaam rumahnya. Selain di Dusun Nangger, air juga menggenani beberapa rumah di Dusun Bulak yang berada di belakang pabrik.

Dia menilai, pembangunan saluran di pinggir jalan raya tidak akan menyelesaikan masalah banjir. Menurutnya, volume saluran air lebar 80 sentimeter dan dalam 1,4 meter namun saat ini bangunan saluran lebih kecil dari spesifikasi awal. Iswahyudi menilai, air tidak akan tertampung oleh saluran baru tersebut.

Advertisement

Akibatnya, warga di dua dusun itu, Selasa pagi sudah berkumpul dan mendatangi pabrik yang masih dalam proses pembangunan itu. Karena jengkel, warga menyegel pintu masuk pabrik dengan mengunci dan memberi rantai. Aksi spontan warga ini mendapat perhatian dari pimpinan Muspika Selogiri. Camat Selogiri, Bambang Haryanto bersama Danramil 02/Selogiri, Kapten (Inf) Jono dan Kapolsek Selogiri, Iptu Henry Hutasoit bergegas turun lapangan.

Pimpinan muspika melihat kondisi pabrik dan memediasi di Kantor Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri. Mediasi digelar agar aksi yang lebih besar tidak terjadi. Setelah berlangsung satu jam, mediasi berakhir pukul 10.00 WIB. Dalam mediasi terungkap, bahwa pabrik belum membangun saluran air sehingga air dari pabrik mengucur ke lahan warga.

Warga yang ikut mediasi, Kadimin, menilai otoritas pabrik tidak sensitif terhadap tuntutan warga. “Dua tahun keluhan warga masih menjadi wacana. Di samping itu, sosialisasi pembangunan saluran yang diundang bukan warga sekitar pabrik tetapi orang Nambangan yang jauh dari pabrik. Warga mendukung keberadaan pabrik tetapi pabrik juga meski memperhatikan lingkungan.”

Advertisement

Camat Selogiri menegaskan, dirinya mendukung investor masuk Wonogiri tetapi jangan bermasalah. “Kami dan warga Selogiri tidak keberatan pabrik berdiri tetapi otoritas pabrik juga jangan mengganggu warga. Amdal mestinya lebih awal dibuat. Kami juga tidak ingin alam menjadi faktor bencana terhadap warga.’

Mantan Camat Puhpelem berharap, keberadaan pabrik menjadi satu dengan warga. Otoritas pabrik, Yusi meminta maaf jika pembangunan pabrik menimbulkan masalah bagi warga sekitar. “Kami tidak menyalahkan alam namun kami akui tiga warga yang kami datangi menyatakan, baru kali pertama rumahnya kebanjiran. Untuk itu, pembangunan drainase ke arah selatan akan dilanjutkan.”

Selian itu, ujarnya, di dalam lingkungan pabrik akan dibangun 100 sumur resap agar bisa menampung curah hujan yang tinggi. “Kami berharap, keberadaan pabrik memberi manfaat bagi warga Wonogiri.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif