News
Senin, 24 Maret 2014 - 16:50 WIB

Penyandang Tuna Grahita Berhak Mencoblos

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA—Belasan siswa tuna grahita dan down syndrom mengikuti sosialisasi pemilihan umum (Pemilu) 2014 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Jogja di Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Jogjakarta (SLB N 2 Jogja), Sabtu (22/3/2014).

Antusias dan raut ceria terpancar dari wajah mereka ketika mengikuti arahan dari Sri Surani, Kepala Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Humas KPU Kota Jogja.

Advertisement

Tatap mata mereka fokus memandangi Rani, sapaan Sri Surani, yang memberikan pemahaman kepada mereka mengenai Pemilu 2014.

“Sembilan April nanti, sekolah libur. Adik-adik akan mendapatkan undangan untuk mencoblos. Nanti mencoblosnya di TPS [tempat pemungutan suara]. Boleh bareng bapak, ibu. Tapi, jangan beritahu orangtua pilihannya, itu rahasia ya,” tutur Rani di hadapan peserta yang beberapa di antaranya didampingi orangtua mereka.

Guru sekaligus Humas SLB N 2 Jogja, Kusmiyati, menimpali, “Kalian sudah besar, bisa pilih yang kalian suka. Yang jelas, orangtua nanti enggak boleh dikasih tahu pilihannya. Itu rahasia kalian,”ujarnya. “Oke,” seru para siswa mengiyakan.

Advertisement

Rani mengimbau kepada orangtua yang hadir untuk mendampingi dan memberikan arahan kepada putra-putri mereka agar memilih wakil rakyat yang bisa mendukung kemajuan bagi kaum disabilitas.

Selanjutnya, ia juga memaparkan mengenai pentingnya peranan orangtua dalam membimbing anak-anak mereka, meskipun mereka difabel, namun mereka adalah warga negara Indonesia, memiliki hak yang sama dalam pemilu 2014, April mendatang.

Tak kalah penting, Rani mengungkapkan, tak ada perbedaan kertas suara bagi pemilih tuna grahita dan normal. Yang membedakan hanyalah kebutuhan atas pendampingan.

Advertisement

Tak henti-hentinya Rani menyerukan bahwa pilihan mereka dijamin kerahasiaannya, sama seperti pemilih lain. “Pokoknya, kalau nanti ada yang membocorkan pilihan adik-adik, mereka akan diberikan hukuman,” ujar Rani.

Saat ditemui Harianjogja.com, beberapa siswa SLB N 2 Jogja mengaku sudah memiliki pilihan untuk dicoblos, termasuk bersama siapa mereka akan ke TPS. Contohnya Ayu, panggilan Rahayu Safrida Anggraini.

“Sudah ada, tapi nanti nyoblos sama ibu, soalnya masih bingung,” ujar siswi yang mengaku baru bisa sedikit membaca itu.

“Tapi nanti, kalau ada gambar partainya, dicoblos, cuss,” ujarnya sambil menirukan gaya mencoblos.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif