Jogja
Sabtu, 22 Maret 2014 - 20:40 WIB

Blusukan di Kulonprogo, Titik Soeharto Dikira Mbak Tutut

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Titik Soeharto saat blusukan di Pasar Wates (Switzy Sabandar/JIBI/Harian Jogja)

Aksi turun ke bawah demi meraih simpati terus dilakukan para calon legislator. Tak terkecuali putri mantan Presiden Soeharto, Siti Hediyati Haryadi alias Titiek Soeharto. Baginya dukungan masyarakat adalah kunci utama menuju kursi wakil rakyat. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Switzy Sabandar.

Iring-iringan kendaraan roda empat yang didominasi warna kuning itu masih berjarak sekitar 50 meter dari Pasar Wates, ketika puluhan pedagang berhamburan keluar meninggalkan dagangannya yang berada di lapak masing-masing.

Advertisement

Perempuan dengan kulit wajah bak pualam turun dari salah satu kendaraan dan hiruk pikuk manusia semakin terasa.

Sebagian maju dan mengulurkan tangan, berebutan, supaya dapat bersalaman dengan anak salah satu tokoh paling berpengaruh di Indonesia itu. Sementara, pedagang lain, memilih untuk berkasak-kusuk dengan temannya. “Kuwi anak e Pak Harto lho,” bisik salah satu pedagang kepada orang yang berdiri di sebelahnya.

Advertisement

Sebagian maju dan mengulurkan tangan, berebutan, supaya dapat bersalaman dengan anak salah satu tokoh paling berpengaruh di Indonesia itu. Sementara, pedagang lain, memilih untuk berkasak-kusuk dengan temannya. “Kuwi anak e Pak Harto lho,” bisik salah satu pedagang kepada orang yang berdiri di sebelahnya.

Tak lama, perempuan yang mengenakan baju berwarna senada dengan kendaraannya itu melangkah masuk ke dalam pasar.

“Saya pernah ketemu, fotonya besar sekali di tempat saya, ini Mbak Tutut ya?” tanya seorang ibu setengah baya dengan polosnya.

Advertisement

Hari itu, Jumat (20/1/2014) sekitar pukul 08.00 WIB, menjadi jadwal putri keempat mantan Presiden ke-2 RI menggelar kampanye. Kehadirannya di tengah-tengah masyarakat dengan sambutan yang demikian meriah seolah menjadi penanda kebesaran Soeharto masih terasa.

Dalam suatu kesempatan yang lalu, Titik Soeharto, pernah bilang, “Rakyat menghendaki zaman Bapak [Soeharto], terbukti dengan banyaknya jargon ‘piye, le? enak jamanku tho?’.”

Perempuan kelahiran Semarang, 14 April 1959, ini memilih blusukan ke pasar untuk bercengkerama langsung dengan para pedagang, sekaligus memohon doa restu, melenggang ke kursi dewan, mengingat ia tercatat sebagai Caleg DPR RI dari partai berlambang pohon beringin.

Advertisement

Seketika uneg-uneg pedagang pun terlontar, mereka terkenang dengan masa pemerintahan Soeharto, sandang pangan terpenuhi, bahan bakar minyak melimpah, dan biaya pendidikan pun murah. Kesempatan ini digunakannya untuk mengambil hari rakyat dan mengembalikan kejayaan partainya.

“Semua pedagang mengeluhkan harga sembako, sandang pangan, dan sebagainya yang harus impor, kalau rakyat memberi kepercayaan kepada saya dengan mendukung melalui Golkar, semoga kejayaan Soeharto dapat kembali dan rakyat tidak lagi menderita,” janjinya dengan berapi-api.

Janji manis yang meluncur dari bibirnya direspon salah seorang pedagang. “Insyaallah, saya dukung Bu Titik, orangnya supel dan tidak membeda-bedakan orang, orang seperti inilah yang dibutuhkan masyarakat agar tidak terus menderita,” ucap Martini senang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif