Soloraya
Minggu, 16 Maret 2014 - 16:20 WIB

CAR FREE DAY SOLO : Putra Putri Solo Ajak Sinau Batik Bareng

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi membatik (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Paguyuban Putra Putri Solo (PPS), Minggu (16/3/2014), menggelar Sinau Batik Bareng Putra Putri Solo di depan Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi Solo. Pergelaran yang diselenggarakan untuk memeriahkan ajang Car Free Day (CFD) Kota Solo itu bertujuan untuk mengenalkan Solo sebagai Ibu Kota Batik di Indonesia.

Selain membuat batik, peserta juga diajak berkunjung ke museum batik di Dalem Wuryaningratan dan kemudian peserta akan berkeliling Solo menggunakan bus tingkat wisata Werkudara. Tak kurang dari 55 peserta mengikuti acara itu. Mereka berasal dari berbagai komunitas seperti Blusukan Solo, Earth Hours, Solo Mengajar, Back Packer Solo, dan Solo Pakarti, serta warga yang kebetulan hadir di arena CFD Kota Solo tersebut.

Advertisement

Salah seorang peserta bernama Gaby, 22, mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengaku berangkat dari Kota Gudeg Jogja ke Solo demi mengikuti acara itu. “Saya ingin tahu bagaimana proses membatik sekaligus mempraktekannya, awalnya memang susah tetapi setelah mencoba beberapa kali sudah lebih mudah mengerjakannya,” kata perempuan berkacamata itu kepada Solopos.com.

Secara sigap dan tangkas, Gaby dan peserta lainnya membuat batik dengan berbagai motif khas Solo seperti motif Kawung, dan Truntum Solo. Acara yang dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 08.30 WIB ini merupakan program kerja dari Paguyuban Putra Putri Solo (PPS) angkatan 2013.

Ketua panitia penyelenggara yang juga merupakan Putra Solo III 2013 Bangkit Pamungkas menjelaskan tidak hanya mengenalkan Solo sebagai ibu kota batik di Indonesia saja, namun mengenalkan dua jenis pembuatan batik di Indonesia . “Batik tulis dan batik cap merupakan jenis pembuatan batik yang ada, sedangkan printing hanyalah kain yang bermotif batik, karena yang disebut batik adalah prosesnya,” jelas dia.

Advertisement

Dalam proses membatik, peserta dibagi acak menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari lima orang peserta. Selain itu, mereka juga mendapatkan pengajar dari Batik Danar Hadi, Asti Suryo Astuti dan pembatik asli dari Laweyan yang sejak acara dimulai sudah membatik pada kain panjang di depan para peserta.

Acara semakin menarik dengan berbagai contoh motif batik Solo yang terpampang di depan peserta untuk menambah wawasan pengunjung tentang batik. Selain itu, panitia menyiapkan kain mori dengan panjang tiga sentimeter untuk pengunjung yang ingin mencoba membatik.

Bangkit mengatakan hal ini agar warga Solo juga bisa membatik secara langsung. “Kalau aksi-aksi biasanya mereka diajak menulis menggunakan spidol, maka kali ini kami mengajak pengunjung untuk menulis menggunakan canting dan malam,” kata dia.

Advertisement

Kepala Disbudpar Kota Solo, Eni Tyasni Susana memaparkan sudah saatnya sebagai warga Negara Indonesia mempertahankan kebudayaan yang saat ini sudah dikenal di seluruh dunia. “Jangan sampai besok kita belajar membatik dari negara tetangga seperti Malaysia karena ketidakpedulian kita atas batik,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif