Soloraya
Sabtu, 15 Maret 2014 - 19:17 WIB

AGENDA PRESIDEN : SBY: Industri Tekstil Bukan Sunset Industry

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memeriksa kondisi pabrik saat acara peresmian perluasan Pabrik Sritex Group di PT. Sari Warna Asli (SWA) Boyolali, Sabtu (15/3). Saat ini PT. Sari Warna Asli (SWA) mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja dari 4.000 orang menjadi 8.000 orang karyawan.( JIBI/Solopos/Septian Ade Mahendra)

Solopos.com, BOYOLALI–Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai industri tekstil di Indonesia bukan merupakan sunset industry atau industri yang cenderung surut atau menurun. Menurutnya, hanya perlu perubahan pola pikir atau mindset tentang prospek industri tersebut di masa depan.

Hal itu disampaikan SBY saat meresmikan perluasan pabrik PT. Sari Warna Asli (SWA) II yang berlokasi di Desa Randusari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Sabtu (15/3/2014).

Advertisement

“Kalau dikatakan industri tekstil adalah sunset industry, atau yang katanya industri yang cenderung menurun, saya tidak setuju,” ungkap SBY.

Menurut dia, pola pikir tentang industri tekstil sebagai sunset industry hanya menghambat kreativitas, inovasi, dan rasa percaya diri dalam memajukan industri tersebut.

Advertisement

Menurut dia, pola pikir tentang industri tekstil sebagai sunset industry hanya menghambat kreativitas, inovasi, dan rasa percaya diri dalam memajukan industri tersebut.

“Mindset yang seperti itu yang mengganggu kita, pikiran kita, sehingga menjadi kurang kreatif, kurang inovatif dan kurang percaya diri,” imbuh dia.

Terhadap industri tekstil di Indonesia, SBY mengatakan dirinya justru melihat sebaliknya. Logika yang dibangun melihat dari jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai lebih dari 240 juta orang, akan terus meningkat jumlahnya dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun ke depan hingga melampaui 250 juta orang. Hal itu diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk kelas menengah dan meningkatnya daya beli masyarakat.

Advertisement

SBY menilai penduduk tersebut merupakan pangsa pasar yang prospektif bagi industri tekstil. Sehingga ditegaskannya, industri tersebut masih sangat prospektif di masa depan.

“Mereka [penduduk] adalah golongan yang mengkonsumsi lebih banyak lagi termasuk sandang, produk-produk tekstil dan garmen, terlebih karena daya belinya yang akan terus meningkat baik,” tandasnya.

Faktor lain yang akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri tekstil di antaranya tingkat pendapatan masyarakat yang terus meningkat, seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, serta terbukanya lapangan kerja dan berbagai faktor lainnya.

Advertisement

Bahkan SBY mengaku optimistis pada tingkat global, kelas menengah juga akan meningkat secara signifikan bukan hanya di kawasan klasik, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, melainkan juga di Asia Pasifik.

“Itu juga pasar yang prospektif untuk menerima produk-produk dari industri tekstil, termasuk PT Sritex dan PT Sari Warna Asli. Peluang besar itu di hadapan kita. Cuma hal itu tidak akan datang denga sendirinya,” tandasnya.

Sehingga menurut dia, kedua perusahaan tersebut harus mampu meningkatkan daya saingnya, semakin produktif dan efisien.

Advertisement

Sementara itu, Iwan Setiawan Lukminto, anak tertua pendiri PT Sritex H. M. Lukminto, mengakui peluang untuk menjadi pemain global dalam bidang tekstil dan produk tekstil (TPT) terbuka lebar. Saat ini, produk tekstil Indonesia hanya mampu memenuhi dua persen dari total kebutuhan tekstil dunia.

“Saat ini RRC [Republik Rakyat China] masih mendominasi produksi tekstil dunia. Namun China mulai meninggalkan industry tekstil dunia untuk masuk ke bidang manufacturing dan industry lainnya yang memiliki kandungan teknologi lebih tinggi,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif