Bisnis
Rabu, 15 Mei 2024 - 06:15 WIB

Suku Bunga BI 6,25 Persen Diprediksi Bertahan hingga Akhir Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan. (Ilustrasi/Solopos Dok)

Solopos.com, JAKARTA – Chief Economist PermataBank sekaligus Head of Permata Institute for Economic Research (PIER) Josua Pardede memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate di level 6,25 persen bertahan hingga akhir tahun 2024.

“Kami relatif conservative bias, artinya kami melihat bahwa ada potensi penurunan Fed Funds Rate sekitar 25 basis poin (di akhir 2024), namun BI-nya kami perkirakan akan tetap stay di kisaran 6,25 persen sehingga ini kami perkirakan bahwa nilai tukar rupiah setidaknya masih akan berada dalam kisaran Rp16 ribu,” kata Josua dalam “Pemaparan Indonesia Economic Review 1Q2024” di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Advertisement

Josua menilai, kebijakan BI untuk menaikkan suku bunga acuan merupakan langkah pre-emptive dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta menjangkar ekspektasi inflasi, khususnya untuk mengelola imported inflation.

Dia mengingatkan, penguatan dolar AS cenderung akan mendorong risiko imported inflation. Untuk meredam imported inflation, maka kenaikan suku bunga BI dinilai merupakan langkah yang tepat.

Advertisement

Dia mengingatkan, penguatan dolar AS cenderung akan mendorong risiko imported inflation. Untuk meredam imported inflation, maka kenaikan suku bunga BI dinilai merupakan langkah yang tepat.

“Namun apakah ini [kenaikan BI-Rate] berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi? Tidak juga. Kami melihat bahwa BI itu kebijakannya tidak hanya sebatas pada kebijakan moneter. Kalau kita lihat dari sisi kebijakan BI lainnya, seperti makroprudensial, sistem pembayaran, pendanaan pasar keuangan, ini masih relatif longgar apalagi dengan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) masih akan tetap dilonggarkan ataupun dilanjutkan,” kata dia.

Josua mengatakan bahwa arah suku bunga bank sentral utama di dunia, termasuk Indonesia, cenderung dipengaruhi oleh arah suku bunga The Fed atau Bank Sentral AS. The Fed diperkirakan hanya menurunkan suku bunga acuan sekitar 25 bps di akhir tahun 2024 dan akan lebih agresif di tahun depan, sejalan dengan ekspektasi inflasi AS yang akan mulai mendekati target.

Advertisement

Kemudian terkait dampak kenaikan BI-Rate terhadap suku bunga perbankan, Josua menilai dampak tersebut cenderung akan lebih terbatas. Jika dilihat dari sisi likuiditas melalui beberapa indikator, seperti rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) serta rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK), ini masih di atas ambang batas dan belum ada indikasi tren yang mengetat yang cukup signifikan.

“Kami juga melihat ada kondisi resiliensi dari sisi penyaluran kredit perbankan yang masih tumbuh double digit di tahun ini, sejalan dengan likuiditas dari perbankan masih ample serta dukungan kebijakan makroprudensial kepada perbankan sehingga penyaluran kredit perbankan masih akan tetap solid. Ditambah lagi, sekalipun memang kebijakan OJK yang terkait dengan Covid-19 sudah selesai, ini kita melihat bahwa NPL tetap akan terjaga,” kata Josua.

Tidak Berdampak pada KPR

Sebelumnya, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF menyatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak berdampak terhadap suku bunga pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).

Advertisement

“Karena kami lembaga pembiayaan sekunder, secara historis biasanya tidak berdampak langsung,” kata Direktur Keuangan dan Operasional SMF Bonai Subiakto di Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (2/5/2024).

Dampak terhadap pembiayaan sekunder, menurutnya, baru terjadi setelah beberapa waktu. Sementara untuk saat ini, dia memastikan tidak ada perubahan suku bunga pembiayaan.

Adapun untuk suku bunga yang dibebankan kepada masyarakat untuk KPR subsidi tetap berada pada level 5 persen, sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah.

Advertisement

”Jadi, meski ada kenaikan (BI rate), suku bunga FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) untuk KPR subsidi tetap 5 persen,” jelas dia.

Sejak 2018 hingga Desember 2023, SMF telah memberikan pembiayaan terhadap 594.173 unit rumah dengan nilai Rp21,64 triliun untuk program KPR FLPP. SMF menargetkan pembiayaan FLPP pada tahun ini dapat tersalurkan hingga 166.000 unit rumah.

Sedangkan total akumulasi dana yang telah dialirkan SMF ke sektor pembiayaan perumahan sejak tahun 2005-2023 mencapai Rp103,75 triliun.

Diketahui, BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dengan tujuan memperkuat stabilitas nilai tukar dan mencegah pertumbuhan ekonomi dari dampak rambatan global.

Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI juga memutuskan untuk meningkatkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 7 persen.

Selain itu, keputusan tersebut juga untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif