Jogja
Selasa, 11 Maret 2014 - 12:43 WIB

Erupsi Gunung Kelud Masih Menyisakan Masalah di Gunungkidul

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur sudah terjadi pada 13 Februari lalu namun efek abu vulkanik yang dimunculkan masih menyisakan masalah di kalangan warga sampai saat ini.

Warga di Kecamatan Girisubo mesti mengalami kekeringan lebih awal karena persediaan air bersih mereka kian menipis. Biasanya, pada Februari sampai April mereka masih bisa menampung air hujan yang turun.

Advertisement

“Tapi kami tidak menampungan karena atap dan talang masih penuh debu. Begitu ada hujan abu, kami memutus talang,” tutur salah satu warga Dusun Gangsalan Kidul, Desa Nglindur, Subarno, Senin (10/3/2014).

Meskipun tampungan air menjadi kotor karena terkena abu vulkanik, warga tidak berani membuang karena takut tidak turun hujan. Ketika hujan turun pun tidak berani memasukkan air hujan ke tampungan. Warga pun terpaksa mengonsumsi air yang terkontaminasi abu vulkanik.

“Rasa nasi jadi tidak enak, seperti ada pasirnya. Baunya juga tidak sedap. Ya kami terpaksa memakai air tersebut karena belum bisa menguras dan membeli,” tutur Subarno.

Advertisement

Bagi warga yang memiliki dana, akan menguras air serta abu kemudian diisi dengan air bersih. Namun, untuk warga yang kurang mampu Rp120.000 untuk satu tangki air sangat mahal. Adapun, sumber air bersih yakni di Pracimantoro, Jawa Tengah.

Selain untuk kepentingan sehari-hari, air yang kian menipis juga digunakan untuk mencuci pakan ternak.

“Ternak saya tidak mau makan pakan yang masih ada abunya. Harus dicuci bersih dulu. Harusnya belum musim kekurangan air tapi kami sudah kesusahan dapat air bersih,” tutur warga Nglindur lainnya, Widodo.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif