Solopos.com, JOGJA– Dua relawan yang membantu para korban erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, meninggal dunia. Dua relawan nahas tersebut adalah Suryadianto, berasal dari Lampung Tengah, sebagai mahasiswa di Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa angkatan 2010., serta Rahmatullah Rais, mahasiswa Universitas Gajahmada (UGM) Yogyakarta, asal Banten.
Salah satunya siap mengikuti wisuda pada Juli mendatang. Tak ada yang mampu mengalahkan kematian. Begitu gambaran yang dirasakan kedua relawan asal Jogja. Rahmatullah Rais dan Suryadianto. Rahmatullah berasal dari Watu Serang Banten.
Ia tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisipol) Universitas Gajah Mada angkatan 2006. Sementara itu, Suryadianto, berasal dari Lampung Tengah. Namun, dia tercatat sebagai mahasiswa di Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa angkatan 2010.
Jumat (7/3/2014), perpisahan para relawan asal Jogja di lereng Gunung Kelud itu rupanya menjadi perpisahan selamanya bagi kedua mahasiswa tersebut. Padahal, sedianya kedua mahasiswwa tersebut akan kembali ke Jogja usai menunaikan tugas membantu korban bencana erupsi Kelud, bersama relawan lainnya.
Seperti biasa, sebelum meninggalkan ‘barak’ para relawan tersebut menggelar kegiatan bersih-bersih di sekitar barak. “Jam 09.00 pagi, relawan yang sedianya akan kembali ke Jogja, melaksanakan kegiatan bersih-bersih. Saat kegiatan itu dilakukan, kontsruksi antena telekomunikasi yang biasa mereka gunakan roboh,” cerita Dekan Fisipol UGM Erwan Agus Purwanto saat dihubungi Harian Jogja, kemarin.
Sial, konstruksi antera yang terbuat dari besi tersebut jatuh dan menyentuh kabel listrik di sekitar lokasi. Akibatnya, kedua tubuh korban kesetrum. Sebenarnya, lanjut Erwan, kedua korban sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk diberi pertolongan. Namun, dalam perjalanan keduanya meninggal. Sejak pukul pukul 14.00 WIB, kedua jenazah korban berada di Kamar Mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur.
“Anaknya (Rais) itu baik dan prestasi akademiknya bagus. Dia tergabung dalam Mapala Setrajana. Seharusnya, Juli mendatang dia diwisuda. Kami sudah berkoordinasi dengan Dandim 0818 Wilayah Malang-Batu dan keluarga korban. Sore ini jenazah sudah diterbangkan ke Banten,” tutur Erwan.
Sebagai bentuk solidaritas, lanjut Erwan, perwakilan Fakultas bersama rekan-rekan korban ikut menyusul ke Banten. “Para relawan dari mahasiswa yang tergabung dalam tim UGM itu rencananya pulang hari ini. Namun dengan kejadian itu, sebagai bentuk solidaritas mereka juga terbang ke Banten. Kami sangat berduka dengan kejadian ini, sebagian relawan masih trauma,” tandasnya.
Dihubungi terpisah, Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Jogja Ki Pardimin ikut berbelasungkawa atas tragedi tersebut. Ia sendiri belum mengetahui jelas penyebab kematian salah satu mahasiswanya. “Saya ada di Jakarta, jadi belum mendapat laporan atas kejadian ini,” tutup Pardimin.