Soloraya
Jumat, 7 Maret 2014 - 16:40 WIB

Jembatan Peninggalan Belanda di Boyolali Ambrol dan Nyaris Telan Korban

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jembatan Plegung, yang menghubungkan antara Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, dengan Desa Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, ambrol Rabu (5/3/2014) sore. Fpto diambil, Jumat (7/3/2014). (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Jalur penghubung antara Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, dengan Desa Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, akhirnya terputus, menyusul ambrolnya Jembatan Plegung, Rabu (5/3/2014) sore. Ambrolnya jembatan tersebut bahkan nyaris menelan korban.

Mereka yang nyaris jadi korban adalah pasangan suami istri (pasutri), Sapari, 50, dan Retin Rahayu, 40, warga Dukuh Mangkubumen, RT 005/RW 003, Desa Tegalrejo, yang sore itu tengah menyeberang jembatan tersebut. Beruntung keduanya selamat dan hanya mengalami lecet-lecet.

Advertisement

Sebagai informasi, pertengahan Februari 2014 lalu, pondasi jembatan tersebut telah ambrol akibat terjangan banjir di Sungai Plegung tersebut. Ambrolnya jembatan tersebut juga dipicu kondisi bangunan yang sudah termakan usia. Meskipun jembatan saat itu masih utuh, kondisinya mengkhawatirkan karena sebagian badan jalan juga termakan longsor. Warga desa setempat bahkan sudah memasang pembatas dari bambu di jembatan tersebut.

Seorang warga Desa Tegalrejo, Mudho Sarwanto, 83, menuturkan Jembatan Plegung tersebut ambrol total Rabu sore, sekitar pukul 15.30 WIB. Diakuinya, dirinya tidak melihat langsung kejadian. “Ada pengendara motor yang minta tolong warga karena jatuh saat melewati jembatan ambrol itu,” ungkap Mudho ketika ditemui wartawan di sekitar jembatan, Jumat (7/3/2014).

Mudho mengungkapkan sejak dibangun sekitar zaman penjajahan Belanda, jembatan tersebut belum pernah direhabilitasi, melainkan hanya renovasi kecil pada bagian besi pembatas jembatan. Selama ini, banyak warga memanfaatkan jembatan tersebut sebagai akses jalan di samping warga Desa Tegalrejo maupun Desa Doplang. Namun dengan ambrolnya jembatan itu, lanjut dia, warga harus menempuh jalur lain yang jaraknya lebih jauh.

Advertisement

Karena jembatan tersebut putus, menurut Mudho akses warga dari Desa Tegalrejo ke Doplang terputus. Warga yang ingin bepergian harus melalui jalur lain dan menempuh jarak yang lebih jauh, yakni memutar jarak sekitar 2,5 kilometer.

Hal itu diakui warga Dukuh Kiyaran, Desa Gombang, Kecamatan Sawit, Kusnadi, yang sehari-harinya bekerja sebagai loper koran. “Sehari-hari saya antar koran ya lewat jembatan itu. Tapi setelah jalurnya terputus, ya memutar jalan dengan jarak yang lumayan jauh,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif