Soloraya
Selasa, 4 Maret 2014 - 03:15 WIB

Ini Prosesi Jumenengan Keraton Pajang Solo

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah penari membawakan tarian di hadapan Kanjeng Raden Adipati, Suradi Joyonegoro di Keraton Pajang, Makamhaji, Sukoharjo, Minggu (2/3/2014). Acara tersebut bertepatan dengan peringatan Wilujengan Jumenengan ke-4. (Septian Ade Mahendra /JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO – Jumenengan Kanjeng Raden Adipati Pajang I digelar Minggu (2/3/2014) malam. Mengenakan beskap berwarna hitam yang dihiasi pernik-pernik berwarna emas di bagian depan beskapnya,  pria yang bergelar Kanjeng Raden Adipati Suradi Joyo Negoro itu berjalan perlahan memasuki Dampar Kencana [semacam aula pertemuan] diiringi lagu Ilir-ilir, Minggu (2/3) malam.

Kanjeng Raden Adipati, Suradi Joyonegoro memasang medali pada penerima gelar di Keraton Pajang, Makamhaji, Sukoharjo, Minggu (2/3/2014). Pemberian gelar tersebut bertepatan dengan peringatan Wilujengan Jumenengan ke-4. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Advertisement

Malam itu adalah kali keempat bagi Keraton Kasunanan Pajang menggelar Jumenengan Kanjeng Raden Adipati Pajang I di Kedaton Kasultanan Pajang di Jl. Jaka Tingkir, Benawa III Sonojiwan, RT 005/RW 022, Makamhaji, Kartasura.

Tak lupa, lagu kebangsaan Republik Indonesia, Indonesia Raya juga dinyanyikan setelah sang adipati menempati singgasananya di Dampar Kecana. Seusai sambutan, para penari dari Pawiyatan Padunungan menampilkan tarian bernama Bedaya Pancer Pajang di hadapan sang adipati dan hadirin yang duduk rapi di sisi selatan.

Advertisement

Tak lupa, lagu kebangsaan Republik Indonesia, Indonesia Raya juga dinyanyikan setelah sang adipati menempati singgasananya di Dampar Kecana. Seusai sambutan, para penari dari Pawiyatan Padunungan menampilkan tarian bernama Bedaya Pancer Pajang di hadapan sang adipati dan hadirin yang duduk rapi di sisi selatan.

Doa-doa dilantunkan dengan khidmad dipimpin Sony Parsono. Tak berselang lama, jumenengan dengan sebuah nasi tumpeng di bagian tengah dilakukan. Umbul donga atau selamatan itu digelar dengan prosesi adapt masa lampau.

“Kami mendoakan supaya Pajang menjadi lebih baik,” kata sesepuh Pawiyatan Padunungan, Eko Haryanto, di sela-sela acara kepada Solopos.com.

Advertisement

Kanjeng Raden Adipati, Suradi Joyonegoro memasang medali pada penerima gelar di Keraton Pajang, Makamhaji, Sukoharjo, Minggu (2/3/2014). Pemberian gelar tersebut bertepatan dengan peringatan Wilujengan Jumenengan ke-4. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Kanjeng Raden Adipati, Suradi Joyonegoro memasang medali pada penerima gelar di Keraton Pajang, Makamhaji, Sukoharjo, Minggu (2/3/2014). Pemberian gelar tersebut bertepatan dengan peringatan Wilujengan Jumenengan ke-4. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

“Supaya Pajang nanti jadi contoh bagi kerajaan lain. Menjadi riset bagi anak cucu. Kami menggunakan simbol caraka balik, kembali ke tempo dulu. Dalam arti, adat Jawa sudah semakin surut. Dari sini, Padunungan mengawali untuk mengembalikan semangat untuk kembali kepada kebudayaan dalam bentuk prosesi atau ritual,” jelasnya.

Advertisement

Sementara itu, Keraton Kasultanan Pajang juga melakukan prosesi kekancingan atau pemberian gelar terhadap orang-orang yang berjasa pada keraton. Sang adipati secara langsung menyematkan lencana dan memberikan kalung kepada 13 orang terpilih itu.

KRA Suradi mengenakan blangkon hitam dan pernak-pernik yang tergerai di bagian depan beskapnya. Pada bagian bawah, ia mengenakan kain jarik berwarna coklat.

Di belakang tempatnya jumeneng [berdiri], sebuah singgasana bermotif bunga dan ular naga di kedua sisinya tampak kokoh. Singgasana itu berwana paduan coklat dan kuning emas. Di bagian atas, tertulis KRAP I.

Advertisement

Seksi acara panitia jumenengan, Kosairi, saat ditemui Solopos.com di lokasi acara, Minggu petang, mengatakan acara Jumenengan Kanjeng Raden Adipati Pajang I untuk digelar kali keempat pada Minggu malam. Ia mengaku mengundang Kanjeng Pangeran Datuk Seri Dr. Muhammad Rusli Cek Wan dari Malaysia, Adipati Tuban dan tokoh-tokoh masyarakat.

Sementara itu, perwakilan Kesultanan Demak, Kanjeng Pangeran Haji (KPH) Fadhil Mansyurrudin Pradotokusumo, saat ditemui Espos di lokasi jumenengan, Minggu, menyatakan Sultan Demak, Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sri Sultan Suryo Alam Joyokusumo mengapresiasi Kesultanan Pajang.

Menurutnya, KRA Suradi hendaknya meningkatkan budaya baik yang saat ini ada maupun yang akan datang. “Sultan Demak mengharap ada sinergi antara Kesultanan Pajang dengan pemerintah setempat khususnya untuk membangun kebudayaan,” terangnya.

Menurutnya, Kesultanan Pajang setara dengan keraton-keraton yang ada di Nusantara. Untuk itu, menurutnya, KRA Suradi juga harus aktif dalam pertemuan sultan dan raja se-Nusantara.

“Sultan Demak mengucapkan selamat atas Jumenengan Kanjeng Raden Adipati Pajang I. Semoga Keraton Pajang menjadi lebih bersinar,” harapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif