News
Selasa, 14 Mei 2024 - 01:20 WIB

Anzac Day Momentum Kebangkitan Nasional Rakyat Australia

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menikmati replika bunga poppy di pelataran kantor pemerintahan Perth, Kamis (25/4/2024). (Solopos/Rini Yustiningsih)

Solopos.com, PERTH — Kementerian Luar Negeri Australia melalui Konsulat Jenderal (Konjen) di Surabaya mengundang lima pemimpin media di Jawa Timur dan Jawa Tengah, salah satunya Pemred Solopos, Rini Yustiningsih, melakukan media visit ke Negeri Kanguru itu 24 April-4 Mei 2024. Berikut laporannya.

Jalanan St Georges Terrace, Perth, Australia Barat, Kamis (25/4/2024) sejak pukul 09.00 waktu setempat diramaikan masyarakat dari berbagai wilayah di Australia Barat. George Terrace merupakan salah satu jalanan utama atau pusat bisnis di Perth.

Advertisement

Warga menyaksikan parade di St Georges Terrace, Perth, Australia Barat, Kamis (25/4/2024). (Istimewa/Martin Landauer)

Parade marching band bertalu bersahutan di sepanjang jalanan. Masyarakat memberi tepuk tangan meriah kepada setiap peserta parade yang melewati jalanan itu.

Pasukan yang sebagian besar merupakan veteran dari berbagai kesatuan tentara di Australia, mengenakan seragam kebesarannya. Ada pula para remaja dan anak-anak muda yang turut berparade mengenakan pin simbol bunga popi.

Advertisement

Hari itu diperingati sebagai Anzac Day. Anzac merupakan singkatan Australian and New Zealand Army Corps. Anzac Day merupakan “Hari Pahlawan” Australia.

Semua warga di berbagai belahan di benua Kanguru itu memperingatinya. Setiap 25 April itu pula menjadi libur nasional Australia.

Pada hari itu masyarakat menyaksikan parade, menikmati panggung-panggung musik, mengenakan pakaian kebanggaan mereka, berpiknik keluarga di taman-taman kota, bermain di arena bermain yang disediakan di lapangan-lapangan hingga makan bersama di restoran-restoran tengah kota.

Intinya pada hari itu mereka bergembira. Padahal sejatinya Anzac Day merupakan hari peringatan kekalahan pasukan tentara Australia-Selandia Baru atas Turki pada Perang Dunia I tahun 1915. Meski beberapa literatur menyebut Anzac Day merupakan hari peringatan pendaratan Anzac di Gallipoli, Turki, pada 25 April 1915.

Advertisement

Pendaratan itu menjadi serangan pertama mereka merebut Konstantinopel, Turki yang saat itu menjadi sekutu Jerman. Selama delapan bulan berperang, sekitar 8.000 nyawa tentara Anzac melayang.

Warga setempat, John Goodlad, pria paruh baya yang saat ini menjadi konsultan bisnis menceritakan Anzac Day bukan sekadar perayaan kekalahan. Lebih dari itu, Anzac Day menjadi titik balik warga Australia menghimpun keberanian, dan bangkit bersama membangun Australia.

John Godlad (Solopos/Rini Yustiningsih)

“Dari semangat Anzac Day inilah yang menjadikan kami menjadi Australia sejati, membangun Australia menjadi seperti sekarang ini,” paparnya kepada rombongan Konjen Surabaya.

Advertisement

Kekalahan yang dialami pasukan Anzac tidak membuat Australia terpuruk. Justru menjadi semangat untuk membangun Australia.

Kini Australia menjadi salah satu ekonomi terkuat di dunia. Pertumbuhan ekonomi di negara itu dalam 20 tahun terakhir maju pesat, rata-rata 3,3% setiap tahunnya, dengan tingkat pengangguran yang terus merosot di bawah 5% setiap tahun serta nilai produk domestik kotor (GDP) Australia pada 2023 sekitar US$1,7 triliun.

Martin Landauer, petugas Kemenlu Australia yang mendampingi rombongan menceritakan, peringatan Anzac Day  diawali sejak pukul 05.30 pagi dengan upacara, bernyanyi, berdoa di tugu-tugu peringatan. Di Australia Barat salah satunya dilalukan di State War Memorial di kawasan Kings Park.

Hari itu, tugu memorial itu dipenuhi karangan bunga termasuk tugu-tugu lainnya. Karangan bunga tersebut berasal dari berbagai warga.

Advertisement

Setelah itu, warga menikmati sajian parade yang berlangsung sekitar dua jam. Setelahnya mereka mencari hiburan.

Restoran Indonesia Panen

Monumen di Kings Park, Perth dipenuhi karangan bunga saat Anzac Day. (Solopos/Rini Yustiningsih)

Salah satu jujugan yang diminati warga yakni pelataran kantor pemerintahan di sudut jalan St George Terrace.

Cuaca berangin dengan suhu sekitar 18-21 derajat celcius bagi mereka bukan masalah, namun tidak bagi rombongan Indonesia yang terbiasa dengan suhu 35 derajat celcius. Lima jurnalis dari Jatim dan Jateng ini menggunakan jaket, meski siang terik.

Pelataran kantor pemerintahan dipenuhi dengan replika bunga poppy, bunga berwarna merah yang menjadi simbol perjuangan Anzac.

Advertisement

Konon ceritanya, di tanah medan pertempuran tumbuh bunga poppy ketika jasad tentara Anzac dipindahkan.

Bagi warga Indonesia yang tinggal di Australia, Anzac Day menjadi momen pas untuk berkumpul dengan teman-teman sesama Indonesia. Di pusat-pusat keramaian di Perth, sangat mudah ditemui warga Indonesia bersama keluarga maupun teman-temannya menikmati hari libur tersebut berbaur dengan warga Australia dan para veteran dengan seragam kebesarannya.

Demikian halnya dengan restoran yang menyajikan masakan Indonesia, Tempayan Resto. Pemilik restoran itu salah satunya bernama Vivi warga Kudus yang sudah lima tahun mengelola resto tersebut bersama kedua temannya.

Saat Anzac Day, Tempayan Resto di Perth tidak hanya diramaikan orang Indonesia. (Solopos/Rini Yustiningsih)

Hari itu Vivi dan dua temannya yang juga warga Indonesia memberi pelukan hangat kepada seorang veteran yang sudah menjadi langganan resto itu. “Happy Anzac Day, wow! You look handsome today,” seru Vivi.

Hari itu, restoran mereka menaikkan harga sekitar 15%. Alasannya, karena hari libur jumlah pengunjung meningkat pesat. “Sebagian besar pelanggan kami malah orang Australia. Hari libur harga kami justru naik,” katanya.

Hari itu, Tempayan Resto tidak hanya dijejali warga Australia namun juga warga Indonesia yang tengah bekerja maupun belajar di negeri Kanguru.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif