Jogja
Sabtu, 1 Maret 2014 - 12:18 WIB

Penggiat Sejarah Gelar Reka Ulang Serangan Oemoem 1 Maret

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA-Ratusan anggota komunitas penggiat sejarah melakukan reka ulang peristiwa Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Reka ulang ini bagian dari peringatan peristiwa sejarah 65 tahun lalu.

SO 1 Maret 1949 merupakan peristiwa bersejarah ketika Kota Jogja diduduki Belanda setelah Agresi Militer II 18 Desember 1948. Setelah Agresi Militer II, Presiden dan Wakil Presiden, Bung Karno dan Bung Hatta ditangkap Belanda. Panglima Besar Jenderal Sudirman memilih perang gerilya bersama pasukan menyingkir ke luar Jogja.

Advertisement

“SO 1 Maret 1949 adalah punya perlawan tentara Indonesia dan untuk membuktikan kepada dunia luar bila Indonesia masih ada,” ungkap salah satu anggota Paguyuban Wehkreise III, Sudjono seusai upacara di Benteng Vredeburg, Sabtu (1/3/2014).

Menurut ketua Komunitas Djokjakarta 1945, Eko Isgiyanto, Benteng Vredeburg itu merupakan salah satu markas tentara Belanda saat menduduki Jogja.

Drama adegan perang yang dilakukan yakni pasukan Sub Wehrkreise (SWK) 101 yang dipimpin Marsudi dan SWK 103 yang dipimpuin FX Sudjono yang melakukan penyerangan SO 1 Maret. Selain itu masih ada banyak pasukan dari wilayah lain yang ikut masuk menyerbu kota.

Advertisement

“Dulu di Hotel Tugu di sebelah utara Stasiun Tugu, PBB yakni Komisi Tiga Negara (KTN) tengah melakukan perundingan perdamaian,” katanya.

Eko mengatakan sebanyak 120 orang anggota komunitas penggiat sejarah ikut serta dalam acara itu. Selain komunitas Djokjakarta 1945 ada komunitas lain dari Jogja, Babad Bandayudha dan luar Jogja seperti Solo, Surabaya dan kota lain yang ikut bergabung.

“Semua mengenakan pakaian seragam dan perlengkapan militer jaman dulu,” katanya.

Advertisement

Menurut dia, adegan perang dimulai dengan adanya ledakan dari kembang api. Dengan semangat berkobar, peserta seolah-olah melakukan perang. Berbagai senjata jaman dulu dibawa ratusan peserta. Para peserta yang mengenakan seragam tentara Indonesia jaman dulu berada di luar benteng.

Sedangkan yang mengenakan seragam tentara Belanda di dalam benteng. Mereka mengenakan seragam loreng Belanda dan membawa bendera Belanda. Layaknya adegan perang betulan diperagakan, hanya saja tidak menggunakan peluru benaran. Meski ada peserta yang membawa senjata zaman dulu, namun peluru yang dikeluarkan hanya peluru hampa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif