Soloraya
Rabu, 26 Februari 2014 - 21:30 WIB

Chikungunya dan Demam Berdarah di Karanganyar Mengganas

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nyamuk demam berdarah (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, KARANGANYAR –Wabah chikungunya dan Demam Berdarah (DB) di Karanganyar dalam dua bulan terakhir ini dipastikan mulai mengganas. Hal itu dibuktikan dengan tingginya serangan chikungunya yang mencapai 127 kasus dan dan 77 kasus DB di Karanganyar. Akibat serangan yang bertubi-tubi itu, seorang Balita di Jaten dinyatakan meninggal dunia beberapa pekan kemarin.

Demikian dijelaskan Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2L) Fatkhul Munir, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Rabu (26/2/2014). Sejumlah daerah di Bumi Intanpari yang diserang dua jenis virus yang ditularkan oleh nyamuk itu, seperti Colomadu, Gondangrejo, Jaten, Kebakkramat, Tasikmadu, Karanganyar Kota, Jumapolo dan Jumantono.

Advertisement

Di tahun 2013, penderita chikungunya di Karanganyar mencapai 518 orang. Tahun 2012, pernah terjadi kasus luar biasa (KLB) di Ngasem, Colomadu, Karanganyar. Sedangkan, serangan DB mencapai 485 kasus dari 83 desa. Serangan DB tahun lalu menyebabkan delapan warga di Karanganyar meninggal dunia.

“Bulan November 2013-Maret 2014 merupakan bulan paling rawan terhadap penularan jenis penyakit itu [terutama chikungunya]. Makanya, kami terus melakukan sosialiasi ke seluruh masyarakat di Karanganyar agar mengutamakan perilaku hidup sehat [dengan memaksimalkan ratusan petugas yang tersebar di 21 Puskesmas di Karanganyar],” katanya.

Fatkhul Munir mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan perkembangan virus chikungunya dan DB menjadi agresif. Di samping berlangsungnya musim hujan dalam beberapa bulan terakhir, faktor kepadatan penduduk, mobilitas dan geografis daerah yang berada di ketinggian tak lebih 1.200 di atas permukaan laut (dpl) sangat menentukan.

Advertisement

“Yang perlu diketahui warga, penyebaran virus chikungunya dan DB sangat cepat [dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang ada]. Persepsi di masyarakat, setiap ada kejadian pasti meminta fogging. Padahal, itu bukan cara utama [cara utama untuk mencegah adalah menerapkan perilaku hidup bersih],” katanya.

Terpisah, Camat Jaten, Titik Umarni, mengatakan kewaspadan terhadap penyakit chikungunya dan DB di daerahnya terus digalakkan. Terlebih, saat ini masih berlangsung mucim hujan.

“Di setiap kegiatan yang berhubungan dengan warga, kami selalu menyampaikan dan mengimbau masyarakat agar selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara bersama-sama . Selain itu, melakukan program 3M (menutup, menguras dan mengubur),” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif