News
Senin, 17 Februari 2014 - 06:15 WIB

MERPATI BERHENTI BEROPERASI : Meski Dililit Utang, On Time Performance Merpati Ungguli Air Asia

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua pesawat Merpati Nusantara Airlines terlihat di Bandara Sultan Hasanuddin, Sulawesi Selatan. Merpati Nusantara meneken kerja sama dengan PT Pos Indonesia untuk angkutan logistik pos. (JIBI/Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone).

Solopos.com, JAKARTA — Meski terbelit utang yang berimbas pada kegiatan operasional, On Time Performance Merpati Nusantara tidak menduduki posisi paling buncit selama 2013. Bahkan dalam hal ini, Merpati masih mampu menyalip Air Asia.

Kepala Humas Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Israfulhayat, menginformasikan Merpati menduduki peringkat ketiga dari bawah dengan persentase 73,72% dari 36.267 penerbangan sepanjang 2013. Posisi tersebut lebih tinggi dari Wings Air 72,37% (59.528 penerbangan) serta Indonesia Air Asia di posisi juru kunci dengan persentase 71,58% (38.725 penerbangan).

Advertisement

Ia melanjutkan, posisi teratas ditempati Batik Air dengan persentase 89,59% (5.344 penerbangan) disusul Garuda Indonesia 84,05% (168.374 penerbangan). Sementara posisi ketiga direngkuh Sriwijaya Air dengan persentase 80,94% (71.903 penerbangan).

Secara rata-rata keseluruhan, lanjutnya total OTP pada badan usaha angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dengan pangsa pasar lebih dari 3% periode 2013 adalah sebesar 77,85% dengan jumlah penerbangan 617.189 penerbangan. Menurutnya, secara keseluruhan, faktor teknis operasional menjadi penyebab utama terjadinya keterlambatan penerbangan yaitu sebanyak 46,52%. Di samping itu, keterlambatan yang disebabkan oleh maskapai adalah sebanyak 33,75%, penyebab faktor lain-lain 14,82% dan faktor cuaca 4,95%.

Terkait dengan pembatalan penerbangan, kata dia, persentase terbesar penyebab pembatalan penerbangan pada badan usaha angkutan udara dengan pangsa pasar lebih dari 3% periode 2013 adalah faktor lain-lain sebanyak 1,67%. Sementara pembatalan penerbangan yang disebabkan oleh maskapai adalah sebesar 0,41%, faktor teknis operasional 0,12%, dan faktor cuaca 0,03%.

Advertisement

“Diharapkan agar pada tahun 2014 nanti, OTP masing-masing air lines lebih meningkat lagi. Sehingga pengaduan pengguna jasa terkait keterlambatan penerbangan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui Information Center menjadi berkurang yang akan berujung pada meningkatnya pelayanan jasa transportasi udara,” jelasnya Minggu (16/2/2014).

Publikasi OTP tersebut menurutnya bertujuan mendorong peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa penerbangan. Ditjen Perhubungan Udara, imbuhnya, melakukan monitoring dan pengawasan kepada setiap perusahaan penerbangan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah monitoring terhadap tingkat ketepatan waktu penerbangan di tiap-tiap maskapai.

“Ketepatan waktu terbang ini memiliki pengaruh dan dampak yang signifikan kepada kelancaran pelayanan baik oleh perusahaan penerbangan maupun bagi operator bandar udara,” tambahnya.

Advertisement

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bhakti S. Gumay mengatakan pihak maskapai harus menekan delay guna meningkatkan OTP. Pihaknya, kata Herry akan terus mengumumkan OTP tiap maskapai agar diketahui publik dan bisa menjadi cambuk untuk memperbaiki kinerja maskapai.

Grafis OTP 2013

Batik Air 88,59% (5.344 penerbangan)
Garuda Indonesia 84,05% (168.374 penerbangan)
Sriwijaya Air 80,94% (71.903 penerbangan)
Citilink 80,27% (39.309 penerbangan)
Lion Air 74,55% (182.452 penerbangan)
Mandala Airlines 73,81% (15.287 penerbangan)
Merpati Nusantara 72,73% (36.267 penerbangan)
Wings Air 72,37% (59.528 penerbangan)
Indonesia Air Asia 71,58% (38.725 penerbangan)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif