News
Senin, 17 Februari 2014 - 20:50 WIB

BAFTA AWARDS : Begini Sindiran Sutradara The Act of Killing Buat Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu potongan dalam filmThe Act of Killing (Jagal). (drafthouse.com)

Solopos.com, LONDON — Film The Act of Killing (Jagal) meraih penghargaan bergengsi. Kali ini, film dokumenter yang menggambarkan pembunuhan besar-besaran berlatar belakang tragedi 1965 di Medan, Sumatra Utara, tersebut meraih gelar Best Documentary dalam Bafta Awards 2014.

Penghargaan ini semakin mencuatkan film dokumenter karya sutradara asal Amerika Serikat (AS), Joshua Oppenheimer, tersebut setelah masuk dalam nominasi kategori film dokumenter terbaik untuk ajang penganugerahan Oscar pada 2 Maret mendatang.

Advertisement

“[Penghargaan] Ini membantu terjadinya perubahan, bagaimana Indonesia berbicara tentang masa lalunya,” kata sang sutradara The Act of Killing (Jagal), Joshua Oppenheimer, dalam pidatonya di acara penganugerahan penghargaan itu di London, Minggu (16/2/2014) malam waktu setempat, seperti dikutip The Guardian.

Seperti terlihat dalam filmnya, Joshua memang sangat peduli terhadap peristiwa kelam yang terjadi di Medan puluhan tahun silam itu. “Media dan publik sedang berbicara soal moral bencana moral [genosida di Indonesia yang digambarkan dalam film itu].”

Oppenheimer juga berbicara tentang keterlibatan Inggris dan Amerika Serikat ini dalam tragedi pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh terlibat PKI saat itu. Dia menyebut tragedi itu merupakan tanggung jawab bersama semua pihak yang telah terlibat maupun membiarkan pembantaian itu terjadi.

Advertisement

Tak lupa, Oppenheimer mengucapkan terima kasihnya kepada co-director film The Act of Killing (Jagal) yang hingga kini tidak pernah membuka identitasnya kepada publik. Identitas co director anonim tersebut memang dirahasiakan untuk melindungi keselamatannya.

Belum lama ini, beredar sebuah surat terbuka yang mengatasnamakan kru film anonim tersebut. Surat pernyataan berjudul Tanggapan kru film The Act of Killing terhadap Pernyataan Pemerintah tersebut berisi tentang sanggahan atas opini bahwa film ini dibuat pihak asing untuk memperburuk citra Indonesia.

Salah satu paragraf dalam surat pernyataan yang telah tersebar luas di media sosial tersebut berbunyi seperti ini : “Menghindari membicarakan pokok persoalan yang diangkat di dalamnya, film Jagal dituduh sebagai upaya asing untuk memperburuk citra Indonesia di dunia. Kami, pembuat film Jagal, sama sekali tidak pernah berniat memperburuk citra Indonesia, karena bagi kami citra buruk bukanlah dari apa yang digali dan diungkap dari kejadian di masa lampau tetapi apa yang dikerjakan saat ini”.

Advertisement

Seperti diketahui, film ini ditanggapi “dingin” di Indonesia meskipun masyarakat di luar negeri cukup heboh melihat fakta yang dihadirkan Oppenheimer dalam film. Film ini menceritakan tokoh bernama Anwar Congo–seorang bekas penjual tiket gelap bioskop di Medan–bersama gengnya dalam merekonstruksi pembunuhan sadis yang pernah mereka lakukan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai komunis.

Rekonstruksi pembunuhan itu dilakukan sendiri oleh Anwar Congo dan rekan-rekannya, termasuk tanggapan dari orang-orang yang mengetahui tragedi tersebut. Oppenheimer memang membuat film itu bersama para pelaku pembunuhan, dari dan oleh mereka sendiri. Dia juga menunjukkan reaksi Anwar dan rekan-rekannya setelah merekonstruksi kejadian-kejadian pembunuhan itu. Di bagian akhir film, Anwar Congo digambarkan muntah-muntah setelah menengok kembali salah satu lokasi pembantaian itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif