Bisnis
Kamis, 9 Mei 2024 - 07:11 WIB

Strategi Bata Tutup Pabrik Disebut Kurang Tepat di Tengah Pertumbuhan Industri

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup. (Istimewa/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai efisiensi yang dilakukan Manajemen PT Sepatu Bata Tbk dengan menutup pabriknya yang telah beroperasi sejak 1994 di Purwakarta, Jawa Barat, merupakan langkah yang kurang tepat di tengah tumbuhnya industri sepatu dalam negeri.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan saat melakukan pertemuan dengan Direksi Bata di Jakarta, Rabu (8/5/2024), menjelaskan industri sepatu nasional tumbuh hingga 5,9 persen secara tahunan (YoY) pada triwulan I 2024.

Advertisement

Pertumbuhan itu didorong oleh kebijakan pengendalian terhadap impor barang jadi, jaminan bahan baku, serta ada regulasi larangan dan pembatasan (Lartas) untuk barang konsumsi alas kaki.

Menurutnya pertumbuhan tersebut juga dapat dilihat dari peningkatan ekspor sebesar 0,95 persen (YoY), penurunan impor hingga 1,38 persen (YoY), serta kinerja Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang terus mengalami kenaikan secara berturut-turut mulai November 2023 hingga Februari 2024.

Ia menyampaikan kebijakan lartas yang diterapkan oleh Pemerintah seharusnya dianggap sebagai angin segar bagi industri dalam negeri agar terus meningkatkan produksinya.

Advertisement

Salah satu faktor yang menyebabkan PT Sepatu Bata Tbk menutup pabriknya di Purwakarta yakni inefisiensi produksi, serta produk yang tidak memenuhi selera konsumen, sehingga perusahaan itu memilih untuk lebih fokus pada lini bisnis ritel.

“Dari data yang ada, pabrik Sepatu Bata sebelum penutupan hanya menyisakan 233 orang karyawan dan produksi yang hanya 30 persen dari kapasitas. Di sisi lain terjadi juga penurunan produksi di pabrik tersebut, dari s
3,5 juta pasang pada 2018 menjadi 1,15 juta pasang di 2023. Dampaknya, PT Sepatu Bata Tbk mengalami peningkatan kerugian setiap tahun, terus menurunnya nilai aset, menurunnya ekuitas, serta liabilitas yang terus meningkat,”ujar dia seperti dilansir Antaranews.

Meski demikian ia menyampaikan setelah kondisi perusahaan membaik, pihaknya berharap PT Sepatu Bata bisa membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar.

Advertisement

“Untuk PT Sepatu Bata Tbk, pemerintah juga terus mendorong agar meningkatkan ekspor dari produksi dalam negeri sebagai bagian dari rantai pasok global merek Bata bersama afiliasinya di luar negeri,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan tutupnya pabrik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) di Purwakarta, Jawa Barat, tidak menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Hal itu karena Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I-2024.

Presiden Jokowi menilai tutupnya pabrik sepatu Bata karena pertimbangan perusahaan yang harus melakukan efisiensi atau kalah bersaing dengan produk baru.

“Kalau masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kondisi, karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal,” kata dia seusai meresmikan  Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024).

Jokowi mengungkapkan pertumbuhan ekonomi nasional 5,11 persen menumbuhkan optimisme di tengah resesi global yang terjadi saat ini. “Tapi yang jelas secara makro, perkembangan ekonomi kita sangat baik 5,11 [persen],” kata Presiden seperti dilansir Antara.

Pada bagian lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan penutupan pabrik sepatu Bata adalah upaya perusahaan untuk melakukan transformasi bisnis, sehingga perseroan dapat kembali sehat dan efisien.

“Mereka sedang melakukan transformasi bisnis dan menyesuaikan kegiatan bisnisnya agar lebih efisien. Kita ketahui bersama mereka telah menjual aset dalam rangka menjadikan perusahaan kembali sehat dan efisien,” katanya, dikutip dari rekaman audio yang diterima media di Jakarta, Selasa.

Diberitakan sebelumnya, sekitar akhir Maret lalu pihak perusahaan sepatu Bata melaporkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta.

Alasannya, salah satunya karena selama empat tahun terakhir, pabrik sepatu Bata ini mengalami kerugian akibat sepi order.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta Didi Garnadi dalam kesempatan terpisah mengatakan akibat sepi order, PT Sepatu Bata melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya secara bertahap. Sedangkan jumlah karyawan Bata yang terkena PHK sebanyak 233 orang.

PT Sepatu Bata Tbk mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994 dan resmi ditutup pada awal Mei 2024. Penghentian produksi pabrik sepatu itu telah diumumkan melalui keterbukaan Informasi di Bursa Efek Indonesia, 2 Mei 2024.

Director and Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024 menjelaskan alasan dari penutupan pabrik di Purwakarta karena perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta.

Hatta menjelaskan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik juga terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia, sehingga pabrik pun terpaksa ditutup.

“Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat,” kata Hatta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif