Soloraya
Selasa, 11 Februari 2014 - 13:11 WIB

GAGASAN : Industrialisasi Persis Solo

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jubir Pasoepati Solo Amir Tohari (Dok/JIBI/Solopos)

Amir Tohari:
4mirtohar@gmail.com
Anggota Dewan Penasihat
Pasoepati

Sebagian besar pencinta Persis Solo saat ini mungkin risau melihat kondisi tim kesayangan mereka masih kesulitan biaya operasional. Manajemen Persis kesulitan menggaji pemain dan membayar keperluan lain.

Advertisement

Bahkan, jika mau jujur, untuk ”sekadar hidup” pun sulit. Sumber dana belum jelas. Prestasi seperti apa yang bisa diharapkan dari salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia ini?

Federasi Sepak Bola Dunia atau Federation Internationale de Football Association (FIFA) sejak 2007 memberlakukan aturan baru tentang lisensi klub sepak bola profesional.

Aturan tersebut telah diratifikasi semua konfederasi, termasuk Asian Football Confederation (AFC) yang mengikat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) beserta klub profesional di bawahnya.

Setiap klub sepak bola harus berbadan hukum. Aturan ini selaras dengan larangan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk membiayai klub sepak bola profesional.

Dengan berbadan hukum, jika terjadi krisis keuangan di klub, bisa terdeteksi sedini mungkin. Persoalan klasik seperti krisis manajemen dan kebangkrutan yang berimbas tidak terbayarnya pemain dan kewajiban lain bisa dihindarkan.

Atau, setidaknya bisa dicarikan solusi terbaik agar masalah yang sering kali terjadi di sejumlah klub di Tanah Air ini bisa dihindadi. Setuju atau tidak setuju, siap atau tidak siap, industrialisasi Persis Solo harus berjalan.

Jika hanya dibiarkan apa adanya seperti sekarang ini, harapan masyarakat Soloraya melihat Persis berjaya dan menjadi juara di kancah kompetisi nasional atau bahkan internasional hanya berakhir jadi mimpi.

Advertisement

 

Penjualan Tiket

Potensi Persis sangat luar biasa. Hanya dari lima kali pertandingan, Persis bisa mengumpulkan uang dari hasil penjualan tiket sekitar Rp979.225.000.

Meski masih dipotong dengan biaya operasional seperti sewa stadion, honor tenaga pelaksana pendukung pertandingan, pajak dan lain sebagainya, namun pendapatan kotor yang hampir mendekati Rp1 miliar tersebut patut dibanggakan.

 

 Pendapatan Laga Uji Coba Persis Solo Desember 2013 & Januari 2014
       
 No   Pelaksanaan  Lawan   Pendapatan
1  Minggu, 22 Desember 2013  Persis vs UiTM FC       Rp118.000.000
2  Sabtu, 4 Januari 2014  Persis vs Lions XII       Rp142.000.000
3  Selasa, 14 Januari 2014  Persis vs Persires       Rp190.000.000
4  Jumat, 24 Januasi 2014  Persis vs Persela       Rp234.000.000
 5  Minggu, 2 Februari 2014  Persis vs Persikabo       Rp295.225.000
       
 Jumlah Rp979.225.000

 

Penjualan tiket hanya salah satu komponen pendapatan i sebuah klup profesional jika mengacu pada klub sepak bola profesional seperti di Eropa.

Advertisement

Masih terdapat sejumlah komponen pendapatan lain yang bisa dilakukan untuk menambah sumber dana untuk menjaga kelangsungan hidup Persis Solo. Misalnya, penggalian dana melalui sponsor, penjualan cenderamata, dan lain sebagainya.

Dalam dunia bisnis, tidak ada sesuatu yang gratis, segala sesuatu harus dihitung berdasarkan hubungan saling menguntungkan. Kita tidak bisa mengharapkan sponsor datang secara suka rela memberikan dana untuk membiaya Persis tanpa kompensasi apa pun.

Sponsor model demikian jumlahnya sangat sedikit dan tidak mungkin bisa menutup seluruh biaya operasional Persis Solo. Pengelolaan Persis secara profesional sebagaimana layaknya industri sepak bola adalah keharusan.

Profesionalisme penggalian dana harus ditopang profesionalisme pengelolaan dan pemanfaatnya. Hal itu sejalan dengan aturan FIFA yang mensyaratkan klub sepak bola profesional layaknya perusahaan.

Sebagai institusi bisnis, operasional Persis Solo mengacu hukum ekonomi. Untuk mencapai profit yang besar, Persis harus bisa tampil terbaik dalam setiap laga. Tanpa tampil baik, sulit untuk menjadi bagian dari industri sepak bola.

Prestasi dan keuntungan ibarat dua sisi mata uang yang harus seiring sejalan. Ada ungkapan perjalanan panjang selalu dimulai dengan perjalanan kecil. Manajemen harus menyiapkan konsep terbaik bagi masa depan Persis Solo.

Dalam dunia bisnis, acuan utama setiap mendirikan badan usaha adalah pasar. Siapa yang menjadi target pasar Persis Solo? Kalau pasarnya jelas dan memiliki peluang besar, saya kira tak perlu ditunda-tunda lagi, Persis harus berinovasi dan menjadi badan hukum yang dikelola secara profesional.

Advertisement

 

Koperasi

Badan hukum apa yang layak untuk Persis Solo? Di Indonesia ada dua badan hukum yang bergerak dalam aktivitas ekonomi, yakni perseroan terbatas (PT) dan koperasi.

Sesuai UU No. 40/2017 tentang Perseroan Terbatas, yang dimaksud perseroan terbatas adalah adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Jika mengacu UU No. 17/2012 tentang Perkoperasian, yang dimaksud koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Dari sisi bisnis sepak bola profesional, kedua badan hukum tersebut ada sisi plus dan minusnya. Di sejumlah negara Eropa, seperti di Inggris, hampir semuanya menggunakan model PT. Sedangkan di Jerman, sebagian besar klub melibatkan partisipasi suporter.

Namun, ada juga yang menggunakan model cooperative atau koperasi, sebagaimana dilakukan sejumlah klub sepak bola profesional di Spanyol. Sebut saja FC Barcelona, yang menggunakan basis koperasi dalam pengelolaan bisnis sepak bola mereka.

Advertisement

Yang layak untuk Persis Solo, menurut saya, adalah bentuk koperasi. Badan hukum untuk Persis berdasar asas kekeluargaan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

Dengan bentuk koperasi, Persis bisa mengoptimalkan stakeholders pencinta sepak bola di Kota Bengawan untuk mengambil bagian atau berpartisipasi demi kelangsungan Persis Solo. Dalam pengambilan kebijakan, badan usaha koperasi menempatkan masing-masing anggota memiliki satu suara dan tidak diwakilkan.

Inilah yang membedakan dengan pengelolaan bisnis yang menganut sistem PT. Dalam PT, banyak sedikitnya suara ditentukan modal yang diseto. Meski memiliki peran yang sama dalam menyampaikan pendapat, pembagian laba akan ada perbedaan.

Pembagian laba dalam koperasi dipengaruhi seberapa besar modal yang disertakan untuk l koperasi. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi pihak-pihak yang ingin berinvestasi dalam industri sepak bola profesional Persis Solo.

Dengan meleburnya Persis Solo dalam badan hukum koperasi, setiap anggota adalah pemiliknya dan setiap anggota adalah pemilik Persis.

 

Tergantung Kemauan

Advertisement

Jika gagasan gerakan ekonomi kerakyatan dalam pengelolaan sepak bola profesional bisa direalisasikan akan menjadi kekuatan yang luar biasa di persepakbolaan kawasan Soloraya ke depan.

Untuk menjadikan wacana ini kenyataan bukan hal yang mudah. Persis Solo sebagai sebuah klub sepak bola profesional merupakan ”milik” dari sekitar 26 klub sepak bola di Solo. Semu klub tersebut memiliki tanggung jawab yang besar untuk kelangsungan Persis Solo.

Padadigma lama yang selalu mengklaim Persis adalah milik sekelompok orang atau klub perlu dievaluasi ulang. Tidak semua klub yang mengklaim sebagai ”pemilik” tersebut memiliki kepedulian dan mengambil peran bagi kemajuan Persis.

Saat Persis kesulitan menggaji pemain, kita tidak mendengar sebuah upaya riil dari para ”pemilik” tersebut untuk menyelesaikan persoalan ini.

Terlepas lagi sejauh mana peran ”pemilik”, Persis butuh sentuhan dan paradigma baru sehingga Persis Solo ke depan bisa menjadi kebanggaan penggemar sepak bola di Solo dan sekitarnya.

Persis Solo mau dikelola sebagaimana industri dan berbadan hukum layaknya sebuah badan usaha atau tidak, semua tergantung kemauan mereka.

Jika mau berubah pasti bisa terlaksana karena banyak sumber daya yang bisa dieksplorasi demi kemajuan dan kejayaan Persis. Namun, jika sudah puas dengan kondisi Persis saat ini, ya biarkan saja Persis berjalan apa adanya, hingga mungkin kelak akan tinggal sejarah.

Advertisement

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif