Jateng
Rabu, 8 Mei 2024 - 13:57 WIB

3,2 Juta Hektare Lahan di Jateng Rawan Kekeringan Musim Kemarau, Ini Rinciannya

Redaksi Solopos.com  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan saat musim kemarau. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), memetakan ada 3.277.108 hektare (ha) lahan terancam diterpa kekeringan saat musim kemarau 2024.

Jutaan hektare lahan potensi kekeringan itu hampir merata di 35 kabupaten/kota dengan kategori variasi atau sedang-tinggi.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan BPBD Jateng, Muhammad Chomsul, mengatakan data 2024 ini merupakan hasil mitigasi kemarau 2023. Tercatat, 3.277.108 hektare itu berada pada kelas tinggi atau rawan kekeringan.

“Kemarau ini berpotensi meningkatkan kejadian bencana kekeringan. Sehingga Pemda (pemerintah daerah) perlu menyiapkan mitigasi sedini mungkin,” pesan Chomsul kepada Solopos.com, Rabu (8/5/2024).

Advertisement

“Kemarau ini berpotensi meningkatkan kejadian bencana kekeringan. Sehingga Pemda (pemerintah daerah) perlu menyiapkan mitigasi sedini mungkin,” pesan Chomsul kepada Solopos.com, Rabu (8/5/2024).

Lebih rinci, tiga kabupaten/kota yang masuk kelas tinggi rawan kekeringan ada di Cilacap seluas 212.477 hectare, Banyumas 133.540 hektare, dan Kendal 111.813 hektare.

Sementara tiga kabupaten/kota kelas sedang ada di Grobogan dengan luas 201.386 hektare, Brebes 190.237 hektare, dan Blora 182.159 hektare.

Advertisement

Tak hanya itu, pihaknya juga telah mengalokasikan pupuk subsidi sebagai persiapan perubahan pola tanam bagi para petani.

“Kesiapan masalah nanti daerah-daerah yang kurang air juga akan kita tindak lanjuti bersama teman-teman kabupaten/kota untuk mencukupi kebutuhan air ini,” kata Sumarno.

Lebih lanjut, mengenai pupuk, alokasinya ada sebanyak 9,55 juta ton pupuk organik untuk 9 jenis komoditas. Meliputi padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi dan kakao.

Advertisement

“Karena menjadi PR [pekerjaan rumah] kita bersama, Jateng ini menjadi penopang pangan nasional, sehingga kami menyiapkan betul dengan teman-teman untuk menjaga produksi kita bisa tetap tercapai,” sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jateng, Sukasno, memprediksi bahwa awal musim kemarau 2024 terjadi pada Mei. Sementara puncaknya bakal terjadi pada Agustus.

Oleh karena itu, antisipasi mencegah potensi kekeringan seperti 2023 lalu yang cukup parah, BMKG meminta masyarakat untuk memanen air hujan di infrastruktur sumber daya air. Seperti waduk, embung, dan kolam retensi.

Advertisement

“Untuk daerah-daerah yang lalu kekurangan air dihimbau agar lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan saat ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi dan penyimpanan buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan,” pinta Sukasno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif