News
Minggu, 9 Februari 2014 - 21:15 WIB

HARI PERS NASIONAL : Penyalahgunaan Media untuk Politik Jadi Sorotan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga membaca koran yang disediakan gratis di kawasan car free day Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (9/2/2014). Kegiatan tersebut untuk memperingati Hari Pers Nasional ke-68. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BENGKULU — Penyalahgunaan media massa untuk kepentingan politik praktis pemiliknya mendapatkan sorotan serius dalam peringatan Hari Pers Nasional 2014 yang diselenggarakan di Bengkulu. Sindiran tidak hanya datang dari para tokoh senior pers, politikus, tetapi juga dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sengaja hadir ke Bengkulu untuk menghadiri acara puncak peringatan HPN 2014.

Dalam sambutannya, SBY menyorot hegemoni pemodal pada industri media massa. SBY memaparkan buruknya pengaruh hegemoni dan kontrol penguasa terhadap demokrasi. “Hal itu sama buruknya seperti hegemoni dan kontrol pemilik perusahaan media massa yang melebihi kepatutan. Pers harus memiliki daya kritis,” katanya.

Advertisement

Tahun 2014 merupakan tahun politik di mana akan terselenggara pergantian kepemimpinan nasional. Peta politik di tahun ini juga ditandai dengan rencana sejumlah pemilik media untuk menjadi presiden maupun wakil presiden.

Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengatakan mencalonkan maupun dicalonkan adalah hak setiap warga negara. Namun demikian, ujarnya, ada kekhawatiran sejumlah pihak bahwa pencalonan para pemilik media untuk menjadi pemimpin negara dapat memengaruhi independensi media.

“Juga dapat mengganggu prinsip-prinsip ruang publik media yang semestinya steril dari bentuk-bentuk politisasi dan penyalahgunaan,” katanya.

Advertisement

Persoalan penyalahgunaan media oleh pemiliknya untuk kepentingan politik bahkan diangkat menjadi Deklarasi Hari Pers Nasional 2014. Poin ketiga dari deklarasi yang dibacakan oleh Bagir di hadapan SBY dan ribuan insan pers tersebut berbunyi “Demi menjaga martabat dan integritas pers yang independen dan fair, pers Indonesia harus dapat menanam diri dan mengenal batas dalam mengampanyekan para pemiliknya yang terjun ke dunia politik.”

“Penggunaan media untuk tujuan-tujuan politik praktis niscaya akan berdampak negatif bagi nama baik media tersebut di mata masyarakat. Dalam jangka panjang, hal tersebut juga berdampak negatif terhadap martabat pers nasional secara keseluruhan,” lanjut Bagir.

Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono menyayangkan ketidakhadiran sejumlah pemilik media yang saat ini terjun dalam politik praktis. Padahal, mereka dijadwalkan hadir dan mengisi diskusi pada acara Konvensi Media Massa dengan topik “Pers Sehat, Rakyat Berdaulat” yang menjadi salah satu rangkaian acara peringatan HPN 2014. “Saya lihat Pak Aburizal Bakrie, Pak Surya Paloh, dan Pak Hari Tanusoedibyo tidak hadir,” katanya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif