Soloraya
Jumat, 31 Januari 2014 - 20:30 WIB

Habis Mogok Massal, Jukir Wonogiri Kembali Beroperasi

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi juru parkir (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Setelah mogok sebagai aksi solidaritas selama dua hari, puluhan juru parkir (jukir) di Wonogiri Kota kembali bekerja, Kamis (30/1/2014). Mereka kembali menempati lagi titik-titik kantong parkir yang menjadi tanggung jawabnya.

Pantauan Solopos.com, Kamis, para jukir itu mengenakan rompi warna hijau atau rompi warna oranye. Sedikitnya 75 jukir kenbali menjaga di sepanjang Jl. Sudirman hingga Jl. R.M. Said atau dari Simpang Empat Gudangseng, Giritirto, Wonogiri, hingga Kantor Dishubinfokom di Brumbung, Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri.

Advertisement

Ketua Paguyuban Jukir Wonogiri, Burhadi, mengatakan para jukir kembali bekerja setelah tuntutannya dipenuhi. Dia mengaku mendapatkan informasi pemenuhan tuntutan jukir, Rabu sekitar pukul 13.00 WIB. “Setelah mendapat informasi kesepakatan, saya menghubungi para juru parkir untuk kembali bekerja.”

Dia menjelaskan aksi solidaritas para jukir dimaksudkan untuk mengetuk perasaan pengelola parkir agar tidak terus-menerus menekan. Informasi lain yang diperoleh Solopos.com, aksi solidaritas dilakukan para jukir karena pengelola tidak mau tahu kondisi di lapangan. “Jika hujan, jukir tidak bisa menutup setoran yang dipatok pengelola. Ada jukir yang meminjam ke rentenir agar setoran hari itu tertutup,” ujar jukir yang minta namanya tak disebut.

Diakuinya, kekurangan itu sebagai risiko kerja. Namun, ujarnya, jika terjadi berkali-kali sangat memberatkan. “Apalagi, sekarang ini hampir setiap hari hujan turun sehingga tidak banyak pengguna jalan yang memarkir kendaraan.”

Advertisement

Dua jukir yang lain, Paijan dan Sidik, menyatakan bekerja kembali setelah diberitahu rekan-rekan. “Saya kemarin masuk kerja karena ikut solidaritas namun hari ini sudah masuk lagi. Kabarnya sudah ada kesepakatan,” ujar Sidik.

Hal sama disampaikan Paijan. Dia mengaku setoran per hari senilai Rp10.000. “Terkadang sehari saya bisa membawa pulang Rp40.000. Uang itu habis untuk membeli beras dan uang saku anak ke sekolah.”

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif