SOLOPOS.COM - Ilustrasi kriket. (sport-online.biz)
Solopos.com, SURABAYA – KONI Jawa Timur mempertanyakan keputusan Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX tahun 2016 di Jawa Barat yang memasukkan kriket sebagai cabang olahraga resmi untuk dipertandingkan pada pesta olahraga empat tahunan itu.
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Jatim, Irmantara Subagyo, menegaskan bahwa masuknya kriket semakin membuktikan penyelenggaraan PON tidak lagi memiliki orientasi yang jelas dalam pembinaan olahraga di Tanah Air.
“Memang itu (keputusan memasukkan kriket) menjadi wewenang tuan rumah, tetapi mestinya juga harus mempertimbangkan kepentingan yang lebih besar,” ucap Irman di Surabaya, seperti dilansir laman berita Antara, Kamis (30/1/2014).
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PB PON XIX Aziz Syarif di Bandung, Minggu (26/1), mengatakan bahwa kriket menjadi cabang olahraga resmi yang dipertandingkan pada PON 2016.
Kriket merupakan olahraga populer di Inggris serta negara-negara persemakmuran atau bekas jajahannya, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, India, Pakistan dan Sri Lanka.
Selain kriket, dalam PON 2016 juga terdapat empat cabang olahraga baru yang dilombakan , yakni drumband, hoki, dansa, dan berkuda.
“Dengan demikian, PON 2016 akan mempertandingkan 44 cabang olahraga atau menjadi PON dengan jumlah cabang olahraga terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan,” ungkap Aziz Syarif.
Menurut Irmantara, penyelenggaraan PON dari edisi ke edisi tidak semakin baik dan jauh dari sasaran awal sebagai ajang pembinaan atlet untuk menuju kompetisi yang tingkatannya lebih tinggi, yakni SEA Games, Asian Games dan Olimpiade.
“Seharusnya cabang olahraga yang dipertandingkan pada PON mengacu pada event di atasnya. Kriket tidak masuk SEA Games, apalagi di Asian Games dan Olimpiade. Kalau demikian, buat apa ada PON jika hanya untuk hamburkan anggaran,” ujarnya.
Ia menambahkan kontingen Jatim sudah pasti tidak akan mengikuti cabang olahraga kriket, karena memang tidak memiliki atlet. Begitu juga sebagian besar provinsi yang lain.
“Memang masih ada kesempatan untuk menolak masuknya kriket pada Rakernas KONI, tetapi kalau tuan rumahnya ngotot dipertandingkan, ya susah,” tandasnya.
Selain kriket, sebelumnya KONI Jatim juga keberatan dengan dilombakannya cabang dansa dan drumband, karena dianggap bukan cabang olahraga prestasi dan selama ini tidak ada di multieven internasional.