Jogja
Selasa, 28 Januari 2014 - 22:22 WIB

Gempa Masih Akan Terjadi

Redaksi Solopos.com  /  Nugroho Nurcahyo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gempa (priceofolisorg)

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY menyatakan wilayah Jawa termasuk DIY masih akan sering digoncang gempa susulan maksimal dua sampai tiga pekan mendatang.

Gempa susulan akibat gempa tektonik yang berpusat di 108 kilometer barat daya Kebumen Sabtu siang (25/1/2014) lalu, terakhir dirasakan di DIY pada Senin (27/1) pukul 23:14 WIB. Gempa itu berpusat di 63 km barat daya Kebumen dengan kekuatan 5,3 SR.  Sebelumnya, gempa susulan itu juga dirasakan pada Sabtu malam pukul 23:58 WIB dengan kekuatan 4,8 SR dengan pusat gempa 86 kilometer di barat daya Kebumen.

Advertisement

Menurut Kasi Data dan Informasi BMKG DIY Tony Agus Wijaya, gempa susulan itu sudah terjadi lebih dari 20 kali. “Tapi gempa susulan lain tidak terasa karena kekuatannya di bawah 3 SR. Itu tercatat di seismograf,” ungkap Tony saat dihubungi wartawan di Kompleks Kepatihan, Senin (28/1/2014).

Ia menjelaskan, gempa susulan selalu mengiringi gempa tektonik. Gempat susulan terjadi karena ada pelepasan sisa-sisa energi akibat gempa utama. Namun, gempa susulan tidak akan sekuat gempa utama. “Gempa susulan terjadi sampai ada keseimbangan di pertemuan lempeng tektonik tersebut,” terang dia.

Tony berpesan, agar masyarakat tidak panik ketika kerap terjadi gempa di DIY, karena DIY merupakan daerah rawan gempa. Pemicunya adalah terdapatnya pertemuan lempeng (subduksi) Indo- Australia dengan Eurasia di  300 km di selatan laut Jawa. Soal kapan bakal terjadi gempa, tak ada yang bisa meramal. Ilmu kegempaan yang berkembang 40 tahun terakhir, baru bisa mendeteksi potensi lokasi gempa dan maksimum magnitude. “Di selatan Jawa, kekuatan gempa terbesar 7 – 8 SR,” ungkap dia.

Advertisement

Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial BMKG Jaya Murjaya menerangkan gempa berkekuatan maksimal berpotensi tsunami. Tapi, wilayah Jawa memiliki karakter gempa halus (low earthquake), tidak kasar seperti di Sumatra, karena pertemuan lempeng (subduksi) Indo- Australia dengan Eurasia di selatan jawa hampir tegak lurus, sementara di Sumatra miring.

Saat terjadi tabrakan lempeng, getarannya lebih halus. Namun justru robekan lempeng lebih panjang. Dan ini, menghasilkan tsunami  lebih besar dari perhitungan rumus normal, seperti yang terjadi di Pangandaran. “Maka itu, saya sarankan ketika berada di bibir pantai dan ada gempa sebesar apapun, segera menjauh dari pantai,” pesan Jaya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif