News
Selasa, 21 Januari 2014 - 21:21 WIB

FENOMENA CABE-CABEAN : Waspada, Begini Cara Gadis Cabe-Cabean Mengelabui Orang Tua

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjaja cinta (Dok/JIBI)

Solopos.com, JAKARTA — Gadis cabe-cabean identik dengan balap motor liar dan dunia malam di jalanan. Berdasarkan pengakuan dua gadis cabe-cabean Jakarta ini, mereka hampir selalu keluar malam dan pulang pagi. Namun orang tua dan keluarga tidak tahu kehidupan malam yang mereka jalani. Bagaimana bisa?

“Kehidupan cabe-cabean memang dekat dunia malam. Istilahnya jam 2 malam [pukul 02.00 WIB) nonton balapan, dugem gitu,” kata Melati (bukan nama sebenarnya) dalam wawancara yang ditayangkan program Sudut Pandang Bersama Fifi Aleyda Yahya di Metro TV, Sabtu (18/1/2014) malam.

Advertisement

Untuk bisa menikmati dunia malamnya, gadis yang pernah mengenyam pendidikan di sebuah SMK di Jakarta ini selalu bisa mengelabui orang tuanya. Hebatnya, saat Melati keluar malam, keluarganya tidak tahu dia sedang keluyuran bersama para joki balap motor liar. Keluarganya mengira dia sedang duduk manis atau terlelap tidur di dalam kamar.

Maklum, Melati tidak tinggal bersama orang tuanya, melainkan dengan kakek dan neneknya. Melati memang pintar mengelabui si nenek. Saat malam tiba, Melati masuk kamar dan menguncinya dari dalam. Setelah kakek dan neneknya tertidur, Melati bersiap dengan dandanan ala cabe-cabeannya dan bersiap keluar rumah. Dia tidak keluar dari pintu rumah, melainkan melompat dari jendela kamar.

“Kalau keluar malam, keluarnya lewat jendela kamar, loncat gitu. Kalau pulang juga lewat jendela kamar atau pintu belakang. Pokoknya yang mereka enggak tahu. Kakek-nenek tahunya saya di rumah,” tutur ABG yang sudah jadi gadis cabe-cabean sejak usia 15 tahun ini.

Advertisement

Soal biaya selama keluar malam, Melati mengaku tak pernah khawatir. Dia mengaku bisa mendapat uang saku yang cukup dari kakeknya. “Kakek kan ada [punya] kontrakan. Saya cucu yang paling disayang, biasanya dapat Rp300.000,” ujarnya.

Jika sedang tak punya uang, Melati masih bisa mengandalkan solidaritas para joki balap motor liar yang dekat dengannya. Terkadang masing-masing beriuran buat uang taruhan. Namun jika sedang tak punya uang, maka gadis cabe-cabean itu sendiri yang jadi taruhannya. Jika si joki jagoan kalah, maka si gadis cabe-cabean pun harus “berpindah tangan”.

Lain lagi dengan Mawar, temannya sesama gadis cabe-cabean di arena balap motor liar Jakarta. Mawar yang masih tinggal bersama orang tuanya bisa keluar malam dengan berbagai alasan. Kadang dia bilang mau menginap di rumah teman, kadang bilang menginap di rumah kerabat.

Advertisement

Mereka lebih senang berada di jalanan pada malam hari ketimbang di dalam rumah. Selain menurut mereka lebih bergengsi, rumah tidak begitu menarik buat mereka. “Banyak kenalan, lihat motor keren, sering cari teman, bikin happy. Tapi kalau di rumah enggak lah, keluarga pasti mikirnya runyam, paling ditanya udah makan apa belum,” ujar Mawar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif