Bisnis
Minggu, 28 April 2024 - 09:24 WIB

Legitnya Es Dawet Legendaris di Pasar Gede, Pembayaran Praktis Bisa Pakai QRIS

Redaksi Solopos.com  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lapak jualan es dawet dan gempol pleret dengan nama Hj. Sipon di Pasar Gede Solo ramai pembeli tiap akhir pekan. Foto diambil, Sabtu (27/4/2024) pagi. (Solopos.com/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO – Lapak jualan minuman tradisional berupa es dawet dan gempol pleret Hj. Sipon di Pasar Gede Solo, tak pernah sepi pembeli, Sabtu (27/4/2024) pagi.

Kursi plastik yang disiapkan selalu penuh. Beberapa orang terpaksa menikmati kudapan manis itu dengan berdiri.

Advertisement

Anak muda hingga orang tua yang ingin bernostalgia sama-sama antusias mengantre.

Ada yang menikmati racikan kudapan legendaris tersebut langsung di tempat. Namun tak sedikit juga yang membungkus untuk oleh-oleh saudara di rumah.

Maklum, kudapan yang dijual Sipon, 65, ini relatif murah. Ia menjual tiga jenis racikan minuman. Pertama yakni es dawet ketan, kedua es gempol pleret yang dihargai Rp10.000 per posi.

Pada hari biasa, minuman tersebut dijual hanya Rp8.000 per porsi. Racikan ketiga yakni es dawet durian seharga Rp15.000 per porsi.

Minuman paling laris, kata Sipon, yakni es dawet dengan ketan hitam.  Namun, gempol pleret dan es dawet durian juga tak kalah peminat.

Dibantu keluarga dan karyawan lain, Sipon, biasanya berjualan mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.

Tiap ada pembeli, tangan Sipon secara cekatan meracik minuman segar itu kurang dari 5 menit. Ada sekitar enam bahan yang harus disiapkan untuk semangkuk dawet ketan.

Advertisement

Bahan tersebut yakni cendol, telasih, ketan hitam, jenang sumsum, gula merah cair dengan irisan buah nangka, kemudian ditutup santan. Tak lupa diberi serutan es agar terasa lebih segar.

Solopos.com turut membeli semangkuk dawet ketan hitam dan es gempol pleret pada Sabtu lalu.

Sensasi manis dan segar begitu terasa pada seruputan pertama. Selanjutnya, gurih santan dan jenang sumsum turut melebur di dalam mulut.

Potongan nangka menambah aroma pada dawet segar khas Pasar Gede ini. Pantas saja banyak pembeli ketagihan untuk datang kembali.

Sipon (tengah berhijab) saat melayani pembeli di lapak jualan es dawet dan gempol pleret miliknya di Pasar Gede Solo, Sabtu (27/4/2024) pagi. (Solopos.com/Ika Yuniati).

Saking banyaknya pembeli, Sipon, harus selalu mempercepat cara meracik makananya. Tiap akhir pekan, kata dia, pembeli mayoritas warga luar kota. Saat ramai, mereka kadang kewalahan.

Oleh karena itu perlu sejumlah inovasi agar proses penjualan hingga transaksi lebih efektif.

Advertisement

Dawet Hj. Sipon ini cukup legendaris karena berjualan sejak puluhan tahun lalu. Kali pertama mereka jualan bahan pembuatan dawet seperti telasih, kolang kaling, dan lainnya.

Namun sejak 2006 hingga sekarang mereka memutuskan mengembangkan usaha dengan menjual olahan dawet dan gempol pleret karena dinilai prospektif.

Apalagi Solo saat ini jadi Kota Wisata dengan Pasar Gede sebagai salah satu icon-nya. Penjualan dawet memang terbukti tinggi dibandingkan dagangan sebelumnya.

Dalam sehari mereka bisa menjual ratusan mangkuk. Saat liburan penjualan mereka naik hingga dua atau tiga kali lipat. “Ya pokoknya kalau libur penjualan bisa naik dua hingga tiga kali lipat,” kata Sipon singkat saat ditanya detail soal omzet.

Dawet ini jadi salah satu langganan keluarga Presiden Jokowi. Pada Maret 2023 lalu pasangan Kaesang Pangarep dan isterinya Erina Gundono juga mencicipi racikan dawet Sipon secara langsung.

Selain membuat inovasi varian dawet, mereka juga menambah cara pembayaran dengan memanfaatkan transaksi digital melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) BRI via BRIMobile (BRImo).

Sipon mengaku sudah hampir tiga bulan melayani pembayaran dengan QRIS BRImo. Salah satu keuntungannya yakni lebih mudah dan praktis karena mempermudah pembeli maupun penjual.

Advertisement

Salah satu pembeli yang mengamini kemudahan transaksi dengan digital yakni Linda, 22, asal Yogyakarta. Baginya layanan digital seperti QRIS BRImo lebih memudahkan pembeli.

Apalagi ia jarang membawa uang tunai. Paling sering melakukan pembayaran secara non-tunai.

Pagi itu, Linda, datang bersama seorang temannya. Kali pertama sampai di Solo, dia langsung ke Pasar Gede untuk sarapan dawet. Setelah itu, ia berencana mengelilingi pasar dan melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata lainnya.

Ini bukan kali pertama Linda membeli dawet Hj. Sipon. Ia kembali membeli dawet tersebut karena rasanya yang cocok di lidah Linda. Saat mampir jajan Sabtu lalu ia juga mengaku kaget sekarang sudah melayani transaksi pembayaran QRIS via BRImo.

Sebelumnya, atau lebih dari tiga bulan lalu, ia belum melihat adanya fasilitas tersebut. “Ya bagus kalau ada QRIS, jadi lebih mudah transaksi,” kata dia.

Merchant BRI

Branch Manager BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, Senin (18/3/2024), mengatakan ada beberapa strategi pengembangan yang mereka lakukan untuk mendorong digitalisasi di Solo.

Dorongan ini salah satunya dilakukan di pasar tradisional. Mulai dari optimalisasi penggunaan quick response code Indonesian standard (QRIS) maupun electronic data capture (EDC).

Advertisement

“Kerapatannya [penggunaan QRIS maupun EDC BRI] harus kami kawal betul,” kata Agung, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin.

Pihak BRI Kanca Sosri juga melakukan kolaborasi dengan sejumlah merchant untuk memaksimalkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Perbaikan juga terus dilakukan, misalnya mengenai program apa yang perlu dievaluasi hingga kendala atau trouble yang harus segera dibenahi.

Kelebihan lain yang dimiliki BRI yakni adanya teknologi terdepan dengan EDC system android dan satelit sendiri. EDC android menghasilkan interface tampilan yang lebih menarik, modern, dan user friendly.

Meskipun tetap ada beberapa kendala yang berkaitan dengan jaringan Internet di wilayah masing-masing. Sementara itu, pertumbuhan EDC BRI maupun QRIS di Solo cukup bagus. Jumlahnya saat ini mencapai 500-an merchant.

Salah satu nasabah militan mereka yakni klinik skin care yang cukup terkenal di Solo. Transaksi penjualan klinik kecantikan tersebut menggunakan layanan EDC BRI baik untuk wilayah Solo maupun 30-an cabang mereka di luar Soloraya.

“So far, sejauh ini EDC BRI banyak bersaing, kami juga pakai Android dengan tampilan layar yang gede dan touch ,” kata Agung.

Advertisement

Sementara itu, Regional CEO BRI Yogyakarta, John Sarjono, Rabu (20/3/2024), melalui wawancara tertulis dengan wartawan menjelaskan pihaknya memang terus melakukan peningkatan layanan digital, termasuk melalui BRImo.

Menurutnya, jumlah penggunaan BRImo terus tumbuh. Di lingkup BRI RO Yogyakarta, jumlah user BRImo pada 2023 mencapai 2,006 juta. Sementara, sejak Februari 2024, jumlah user BRImo mencapai 2,261 atau mengalami peningkatan sebesar 12,7%.

John menambahkan, dalam memberikan pelayanan terbaik, PT BRI terus fokus pada customer experience. Salah satunya dalam memenuhi kebutuhan global nasabah, dengan bentuk layanannya layanan pembayaran di luar negeri atau QRIS cross-border.

Pada tahap awal, layanan QRIS cross-border dari Super App BRImo dapat digunakan untuk bertransaksi di negara Singapura.

Nasabah cukup menggunakan BRImo dengan fitur QRIS untuk melakukan pembayaran di merchant yang tersedia yakni Singapore Quick Response Code atau SGQR.

Di sisi lain, jumlah merchant yang menggunakan EDC BRI maupun QRIS di wilayahnya juga terus meningkat setiap tahun. Pada 2022 silam sebanyak 9.282 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 209.285 merchant telah menggunakan alat transaksi QRIS BRI.

Selanjutnya, pada 2023 sebanyak 10.296 merchant telah menggunakan EDC BRI dan 245.053 merchant telah menggunakan alat QRIS.
Volume transaki EDC pada 2022 mencapai Rp2,9 triliun dan mengalami peningkatan menjadi Rp3,7 triliun pada 2023.

Advertisement

Sementara itu, transaksi QRIS pada 2022 sebesar Rp 315 juta dan ditutup dengan peningkatan hingga Rp1,7 triliun pada 2023.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif