Soloraya
Kamis, 16 Januari 2014 - 05:15 WIB

Alokasi Pupuk Kimia ke Wonogiri Berkurang

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi stok pupuk (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, WONOGIRI–Tren kuota pupuk kimia ke Wonogiri beberapa tahun terakhir turun. Alokasi pupuk jenis urea tahun ini sebanyak 24.682 ton atau turun sekitar 3.000-an ton dibanding setahun lalu. Namun, kuota pupuk organik bertambah menjadi  7.137 ton dari alokasi setahun lalu sejumlah 5.000-an ton.

Bertambahnya alokasi pupuk organik diharapkan mampu memperbaiki lahan sawah sehingga umur lahan persawahan panjang dan kemandirian petani. Pengurangan pupuk kimia juga didasarkan kepada program pupuk berimbang. Penegasan itu disampaikan Kepala Dispertan dan Hortikultura, Wonogiri, Safuan, Rabu (15/1/2014). “Tren kuota pupuk kimia, utamanya urea menurun. Kuota pupuk kimia yang lain juga menurun tetapi tidak menentu. Terkadang tahun lalu, terkadang tahun ini,” ujarnya.

Advertisement

Lebih lanjut Safuan mencontohkan, pada 2013 alokasi pupuk kimia sebanyak 27.600-an ton tetapi saat ini turun menjadi 24.682 ton. Sedangkan alokasi pupuk organik tahun ini meningkat menjadi 7.137 ton dari alokasi 5.000-an ton setahun sebelumnya. Safuan mengatakan, penambahan pupuk organik juga dimaksudkan agar petani lebih mandiri.

“Petani bisa membuat sendiri pupuk organik sehingga ke depan tidak merasa diombang-ambingkan soal pupuk. Kejadian kelangkaan pupuk saat musim tanam tidak terjadi jika petani sudah mampu membuat pupuk sendiri,” paparanya.

Terpisah, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sari Rejo, Desa Purworejo, Kecamatan Wonogiri, Suyanto, mengatakan, penurunan pasokan pupuk kimia tidak meresahkan petani. “Pemerintah mulai sosialisasi soal pupuk organik dan masyarakat petani pun menerima. Akibatnya penurunan pasokan pupuk kimia tidak mengganggu pola tanam petani. Selain itu, pola pikir petani saat ini sudah berubah ke pupuk organik.”

Advertisement

Suyanto juga mengaku, penggunaan pupuk organik bisa memperbaiki tekstur lahan persawahan. “Harga per kilogram pupuk organik juga lebih murah dibanding pupuk kimia sehingga petani memilih menggunakan pupuk organik. Apalagi beberapa petani sudah dilatih cara membuat pupuk organik.”

Walau sudah diikutkan pada pelatihan, ujarnya, masih sedikit petani yang mempraktikkan membuat pupuk organik. “Petani jaman sekarang punya penyakit malas. Petani tidak mau bersusah-payah membuat pupuk. Petani memilih instan, yakni membeli pupuk organik dan disebarkan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif