Soloraya
Kamis, 2 Januari 2014 - 16:15 WIB

Krisis Kerupuk Mengancam di Musim Penghujan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kerupuk (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Musim penghujan seperti sekarang rawan krisis kerupuk. Penganan dari adonan tepung butuh penjemuran sempurna sebelum digoreng. Jika hujan terus menerus turun, bisa jadi kerupuk yang biasa menemani bersantap bakal sulit dibuat sehingga sulit pula didapatkan di warung-warung.

Membuat kerupuk yang enak memang tak semudah memakannya. Para pengrajin kerupuk butuh proses lama dan bahkan berhari-hari untuk menciptakan cita rasa kerupuk yang enak.

Advertisement

Proses pembuatan kerupuk merek MAJ milik Jono, 38, di Sumber Nayu RT 002/RW 012, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Solo, misalnya. Guna membuat kerupuk enak yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, dia setidaknya membutuhkan dua hari proses pembuatan.

Setelah membuat adonan dan mencetaknya dengan mesin, kerupuk yang masih basah langsung dijemur di bawah terik matahari. Setelah agak kering, kerupuk tersebut diambil untuk dikeringkan menggunakan oven. Proses itu dilakukan untuk mendapatkan kerupuk yang benar-benar kering.

Setelah dioven selama beberapa jam, pada hari berikutnya kerupuk itu dijemur lagi dan dikeringkan lagi menggunakan oven. Kerupuk yang dioven harus sering dibolak-balik agar tidak gosong. Setelah masuk oven, kerupuk tersebut baru bisa digoreng. “Kalau musim kemarau seperti sekarang, pengeringan selama dua hari sudah cukup. Tapi kalau hujan, prosesnya bisa empat hari,” ungkap Jono saat ditemui Solopos.com di pabrik kerupuknya, beberapa waktu lalu.

Advertisement

Hal serupa juga dialami oleh Dullah Hardjosukarso, pemilik industri kerupuk rambak di Jagalan. Setelah mendapatkan kulit sapi sebagai bahan membuat rambak, bahan tersebut harus membersihkan terlebih dahulu sebelum dimasak dengan cara direbus. Setelah direbus dan agak matang, kulit itu dibersihkan lagi agar bulu-bulu yang menempel pada kulit luar bisa rontok.

Pembersihan juga dilakukan untuk menyisir daging yang masih menempel di kulit. Pasalnya bila ada sedikit saja daging yang menempel di kulit, maka hasil penggorengan rambak tidak sempurna. Rambak akan melengkung dan bentuknya tidak beraturan. Sisiran daging yang menempel itu juga masih bisa digunakan sebagai bahan kerupuk daging sapi.

Setelah benar-benar bersih, kulit diiris-iris memanjang lalu dijemur selama seharian. Begitu kering, kulit dimasak lagi. Proses penjemuran pertama dilakukan agar ketika kulit dimasak lagi, kulit yang sudah terpisah itu tidak menempel.

Advertisement

Ketika kulit sapi sudah sedikit lunak, kulit tersebut diungkep. Dalam proses pengungkepan inilah pemberian garam dilakukan oleh Pak Dul. Waktunya harus pas, kapan kulit harus ditaburi garam sambil diaduk-aduk. Pengadukan juga tidak boleh kasar tapi merata, agar tidak merusak tekstur dan antarrambak tidak menempel. “Kalau sudah menempel susah untuk digoreng,” ungkap Pak Dul.

Setelah dibumbui dan masak, kulit sapi ditiriskan, lalu dijemur seharian penuh. Saat musim kemarau, Pak Dul membuat rambak mentah lebih banyak. Jadi ketika musim hujan, stok rambak masih banyak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif