Soloraya
Kamis, 26 Desember 2013 - 19:40 WIB

Naufal, Bayi 8 Bulan Butuh Cangkok Hati

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bayi Naufal di pangkuan ibunya (Kurniawan/JIBI)

Solopos.com, SUKOHARJO--Seorang bayi berumur delapan bulan asal Dukuh Gatak Rejo RT 001/RW 001 Desa/Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Naufal Karim Al Fatih, butuh uluran tangan para dermawan.

Anak semata wayang pasangan Supriyadi, 34, dan Hastuti, 34, tersebut didiagnosis mengalami kelainan fungsi hati sejak lahir. Orang tua Naufal ditemui wartawan di kediamannya, Kamis (26/12/2013), menuturkan kondisi anak mereka belakangan semakin memburuk.

Advertisement

Pihak keluarga tidak bisa berbuat banyak untuk mengobati Naufal lantaran terbentur biaya besar. Menurut Hastuti, solusi medis satu-satunya bagi Naufal saat ini adalah transplantasi atau cangkok hati. Solusi tersebut merujuk diagnosis dokter spesialis anak asal Kota Solo.

“Kata dokter kondisi anak saya sudah parah. Perut anak saya membuncit, organ hati sudah rusak, bahkan bagian liver juga kena. Jalan satu-satunya kata dokter harus dengan transplantasi hati. Tapi biayanya kata dokter sangat besar, sekitar Rp2 miliar,” tutur Hastuti.

Advertisement

“Kata dokter kondisi anak saya sudah parah. Perut anak saya membuncit, organ hati sudah rusak, bahkan bagian liver juga kena. Jalan satu-satunya kata dokter harus dengan transplantasi hati. Tapi biayanya kata dokter sangat besar, sekitar Rp2 miliar,” tutur Hastuti.

Pihak keluarga kali pertama mengetahui ada yang tidak beres pada diri anaknya saat Naufal berumur satu bulan. Saat itu tubuh dan mata Naufal menguning. Ketika itu pihak keluarga langsung membawa Naufal ke RSUD Sukoharjo. Namun setelah opname tujuh hari, penyakit Naufal belum diketahui.

Sehingga pihak rumah sakit merujuk Naufal ke RSUD dr Moewardi di Solo. Oleh dokter di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) itu Naufal didiagnosis mengidap kolestasis atau kelainan hati. Saat itu hati Naufal mulai bengkak dan empedu terganggu.

Advertisement

Hingga saat ini orang tua Naufal kebingungan lantaran tidak memiliki biaya untuk operasi cangkok hati. Apalagi keluarga Naufal tergolong tidak mampu secara ekonomi. Ayah Naufal sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan, sedangkan ibundanya hanya ibu rumah tangga.

“Saya memang masuk peserta Jamkesmas. Tapi tidak bisa untuk mengkaver biaya transplantasi hati Naufal. Kami hanya bisa berdoa meminta mukjizat dari Tuhan untuk kesembuhan anak pertama dan satu-satunya. Sekaligus memohon uluran tangan para dermawan,” katanya.

Ihwal penyebab kelainan hati yang dialami Naufal, Hastuti mengatakan karena virus tokso. Virus tersebut seringkali berasal dari binatang utamanya kucing. Keterangan tersebut diperoleh Hastuti dari hasil tes laboratorium terhadap sampel darah Naufal dan Hastuti.

Advertisement

Salah seorang kerabat Naufal, Zainuddin, menuturkan beberapa pekan terakhir organisasi pemuda setempat melakukan upaya penggalangan dana kepada warga Kecamatan Nguter. Caranya dengan mengedarkan kotak peduli Naufal secara door to door.

Sejauh ini dana yang telah dihimpun baru sekitar Rp5 juta. Dana yang berhasil dihimpun telah diserahkan kepada orang tua Naufal. Bahkan sebagian dana tersebut telah digunakan untuk berobat jalan. “Termasuk untuk membeli obat-obat herbal,” ungkap Zainuddin.

Selain menggalang dana dari rumah ke rumah warga, pemuda karang taruna setempat juga mencoba meraih simpati masyarakat melalui berbagai media sosial di internet. “Kami juga mencoba menembus beberapa yayasan sosial yang peduli dengan kasus seperti ini,” aku dia.

Advertisement

Dalam waktu dekat, pemuda karang taruna juga akan mendirikan posko peduli Naufal.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Guntur Subiyantoro dihubungisolopos.com mempertanyakan estimasi biaya operasi pencangkokan hati yang mencapai Rp2 miliar.

Dia menilai perkiraan biaya tersebut ngawur alias tidak realistis. Guntur membandingkan biaya transplantasi jantung yang notabene lebih berat, hanya sekitar Rp120 juta. “Setahu saya operasi transplantasi hati tidak sesulit transplantasi jantung,” katanya.

Sedangkan perwakilan Yayasan Maria Monique di Sukoharjo, A. Bimo “Kokor” Wijanarko menyatakan akan melaporkan kondisi Naufal kepada pimpinan pusat yayasan di Jakarta. Keputusan yayasan bisa membantu atau tidak Naufal tergantung kepada pimpinan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif