News
Selasa, 24 Desember 2013 - 23:45 WIB

NATAL 2014 : Uskup Agung Kupang Ingatkan Bahaya Konsumerisme

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi syahdunya misa Malam Natal (JIBI/Solopos/Antara/Ismar Patrizki)

Solopos.com, KUPANG — Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang mengajak umat kristiani menghayati Natal yang dikenang sebagai hari lahirnya Yesus Kristus sebagai peristiwa keluarga. Natal, tegas dia, bukan pesta pora yang mengarah pada konsumerisme.

”Akibat konsumerisme, rasa solidaritas dan kesetiakawanan sosial terhadap mereka yang miskin papa menjadi berkurang dan terus menjauh,” kata Uskup Turang dalam surat gembalanya yang disampaikan pada Misa Malam Natal di semua Gereja Katolik dalam wilayah Keuskupan Agung Kupang, Selasa (24/12/2013) malam.

Advertisement

Meskipun sebagian besar wilayah Kota Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur diguyur hujan, umat kristiani setemoat tak patah semangat untuk melaksanakan ibadah pada malam Natal yang ditandai dengan padatnya umat di semua gereja yang ada. “Meski malam Natal diguyur hujan lebat, umat tetap saja datang ke gereja untuk merayakan misa malam Natal untuk mengenang lahirnya Yesus Kristus pada 2000 tahun lampau,” komentar Romo Kornelis Usboko, pastor paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Kupang.

“Panitia Natal dengan sigap melayani umat di tengah hujan lebat yang mengguyur sebagian besar wilayah kota ini. Setiap umat yang datang ke gereja, langsung dijemput dengan payung saat turun dari mobil ataupun sepeda motor. Ini sebuah bentuk pelayanan yang luar biasa,” ujarnya.

Uskup Turang dalam surat gembalanya itu menegaskan bahwa Natal harus dihayati dan dimaknai sebagai sebuah pesta keluarga, yang menuntun semua keluarga untuk membangun ekonomi guna menggapai kesejahteraan. “Memang sulit untuk dilalui, tetapi semua keluarga harus mampu menjalaninya agar bisa tercapai pula damai sejahtera dalam keluarga, seperti lahirnya Yesus Kristus di sebuah palungan hina di kandang Bethlehem,” ujar Uskup asal Manado, Sulawesi Utara itu.

Advertisement

Ia menegaskan bahwa Natal menuntut semua umat Kristen untuk hidup sederhana dengan terus berbuat baik kepada sesamanya, terutama bagi mereka yang miskin papah. “Namun, akibat konsumerisme yang telah membelenggu manusia, rasa solidaritas, dan rasa setiakawan terhadap mereka yang lemah, yang miskin papah sudah bertambah jauh. Natal, sebenarnya menyadarkan semua orang untuk hidup sederhana, dan menjadikannya sebagai pesta keluarga,” ujarnya.

Natal dalam ungkapan Latin disebut Dies Natalis atau hari lahir atau dalam istilah Melayu-Arab disebut maulid atau milad. Pada negara-negara yang berbahasa Arab, hari raya ini disebut Idulmilad. Perayaan Natal pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5.

Ada berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember. Dewasa ini umum diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah penerimaan ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap Dewa Matahari atau Solar Invicti alias Surya Tak Terkalahkan, dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Sang Surya Agung.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif