Jogja
Selasa, 17 Desember 2013 - 13:27 WIB

Siswa MTS Matesih Tenggelam, Wisata yang Berakhir Pilu

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Evakuasi siswa MTS Miftahul Ulum Matesih Karanganyar yang tenggelam di Pantai Baron. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Pergi wisata biasanya diiringi rasa senang oleh peserta. Namun, jika musibah terjadi maka kegembiraan itu akan menjadi kisah menyedihkan.

Seperti halnya yang dialami rombongan MTs Miftakhul Ulum Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah, saat berwisata di Pantai Baron, Senin (16/12/2013).

Advertisement

Horor itu masih terbayang jelas di ingatan Iswanto salah satu anggota Tim Search And Rescue (SAR) Wilayah II Baron. Sekitar pukul 13.00 WIB puluhan anak yang merupakan siswa MTs Miftakhul Ulum berlarian ke arah Pantai Baron dan langsung masuk ke air.

Iswanto tak henti-hentinya memperingati anak-anak itu untuk menjauh dari air karena kondisi Pantai Baron yang berbahaya setelah sungainya banjir.

Advertisement

Iswanto tak henti-hentinya memperingati anak-anak itu untuk menjauh dari air karena kondisi Pantai Baron yang berbahaya setelah sungainya banjir.

Arus sungai yang deras bisa membahayakan pengunjung. Ia juga tak henti-hentinya meminta guru pendamping untuk mengawasi anak didik dan meminta mereka minggir.

Sayang, malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Tujuh orang tergulung ombak samudra selatan. Tiga di antaranya berhasil diselamatkan. Mereka bertiga merupakan dua guru yakni dua guru Widodo, 45, dan Eko Nugroho, 28 serta satu murid Aulia Jihan,14.

Advertisement

Awalnya mereka baru tahu hanya tiga orang yang hilang. Usai mayat pertama Dian Ariani ditemukan, ada kabar ada satu siswa yang masih hilang.

Kecurigaan itu bermula begitu salah satu korban selamat, Aulia Jihan pulih ia menanyakan kondisi temannya. “Bagaimana keadaan Wahyu [Novita Wahyu]?” ucapnya.

Barulah, pihak sekolah mencarinya. Setelah diabsen, ternyata benar Novita belum kembali ke bus.

Advertisement

Kepala Sekolah MTs Miftakhul Ulum Giyanto pun meminta bantuan tim SAR untuk memanggil Novita.

Tak berapa lama, ada jasad yang tampak di bagian timur Pantai Baron. Setelah diangkat, rupanya tubuh itu milik Novita Wahyu. Penemuan jasad Novita disusul penemuan jasad Septian Amiyanto.

Korban hilang tak langsung ketemu. Selama menunggu hasil pencarian, kepala sekolah, guru dan siswa lain tampak tegang.

Advertisement

Mereka tak menyangka acara yang harusnya penuh keceriaan berubah menjadi kisah pilu. Mata mereka tampak berkaca-kaca. Sesekali, tangis mereka pun pecah tak terkecuali salah satu guru Susilawati.

Susilawat tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Suaranya bergetar, matanya memerah. Tangisnya pun pecah ketika mayat pertama Dian Ariani ditemukan. Ia seolah-olah masih tak percaya musibah itu bisa terjadi.

“Kami dari Karanganyar berangakat dengan dua bus. Ada 115 siswa yang berangkat. Semoga semua segera ketemu,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif