News
Rabu, 11 Desember 2013 - 01:11 WIB

LIPI Prediksi Ratusan Bahasa Daerah Punah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam Forum Peduli Bahasa Daerah Se-Yogyakarta menggelar aksi damai untuk meminta dukungan wakil rakyat di Gedung DPRD Provinsi DIY, di Jl. Malioboro, Jogja, medio Januari 2013 lalu. Forum Peduli Bahasa Daerah Se-Indonesia yang terdiri dari 55 elemen kemahasiwaan dan masyarakat mempersoalkan tak dimasukkannya mata pelajaran Bahasa Daerah dalam Kurikulum 2013. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, JAKARTA — Indonesia sangat kaya budaya. Tetapi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan dari beratus-ratus bahasa daerah di Indonesia hanya 9 yang akan bertahan. Selebihnya akan punah seiring guliran waktu.

Prediksi itu dikemukakan Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) LIPI Endang Turmudi di Jakarta, Selasa (10/12.2013). Menurut dia, secara konseptual bahasa akan bertahan apabila memiliki sistem penulisan atau aksara sebagai fasilitas untuk merekam bahasa itu dalam media selain lisan.

Advertisement

“Bahasa-bahasa yang memiliki sistem aksara dan diperkirakan akan bertahan untuk ke depannya antara lain Aceh, Batak, Lampung, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda, dan Sasak,” katanya.

Bahasa-bahasa yang akan bertahan tersebut, menurutnya termasuk dalam kelompok bahasa Austronesia atau Melayu. Sementara bahasa-bahasa etnis lain yang belum memiliki sistem tersebut kemungkinan besar terancam punah.

Berdasarkan Living Tongues dari Institute for Endangered Languages yang dikutip Ibrahim, Endang mengatakan bahasa adalah sebuah gudang pengetahuan manusia yang sangat luas tentang dunia alamiah, tanam-tanaman, hewan-hewan, ekosistem, dan sediaan budaya. Dengan kata lain setiap bahasa memuat keseluruhan sejarah umat manusia.

Advertisement

Oleh karena itu, ia mengatakan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kepunahan bahasa sama dengan kepunahan peradaban manusia secara keseluruhan. Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja karena pembiaran atas kepunahan bahasa-bahasa berpenutur sedikit, sesungguhnya adalah pengingkaran atas kemajemukan yang sesungguhnya merupakan saka guru keindonesiaan.

Guna mengatasi permasalah tersebut ia mengatakan perlu ada strategi tersendiri. LIPI, lanjutnya, telah merancang dan melakukan penelitian bahasa-bahasa yang terancam punah di Kawasan Indonesia Bagian Timur yang dilaksanakan selama empat tahun. Tujuan penelitian untuk menyusun policy paper, ensiklopedia mengenai etnik minoritas, dan bahasa yang terancam punah di kawasan Indonesia Timur.

“Secara khusus diharapkan akan dapat dirumuskan strategi komunitas etnik pada lokus penelitian dalam mempertahankan bahasanya dan rekomendasi kebijakan bahasa pada tingkat daerah maupun nasional,” ujar dia.

Advertisement

Selain itu, usaha lain yang dapat dilakukan adalah memberikan anjuran-anjuran untuk ketahanan suatu bahasa yang terancam punah kepada orang tua agar setiap dari mereka terbiasa menggunakan bahasa daerah di rumahnya. Anjuran lain adalah agar Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) mulai mewajibkan setiap murid menguasai setidaknya satu bahasa daerah.

Kemdiknas saat ini terus berupaya melakukan pengumpulan kosakata dan merekamnya serta melakukan revitalisasi untuk menghidupkan kembali bahasa daerah. Tak hanya itu, upaya lainnya juga bisa dilakukan, menurut Endang, dengan menggelar berbagai festival seni di daerah-daerah sebagai bagian dari upaya pemerintahan dan dokumentasi kebahasaan dan kebudayaan.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif