Soloraya
Sabtu, 7 Desember 2013 - 22:31 WIB

PENATAAN KOTA : Wali Kota Kewalahan Atur Warga Sekitar Monumen 45 Banjarsari

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO—Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo kewalahan mengatur warga di sekitar Taman Monumen 45 Banjarsari agar mereka mau membangun taman di depan rumah masing-masing. Setiap kali pemerintah kota (pemkot) berinisiatif mengundang warga di lokasi itu selalu yang hadir pembantu mereka.

Kesulitan Wali Kota untuk membangun kesadaran warga Banjarsari agar membangun dan memelihara taman di depan rumah masing-masing tersebut disampaikan saat sambutan peresmian Gereja Jemaat Kristen Indonesia (JKI) Pondok Daud, Banjarsari, Solo, Sabtu (7/12/2013).

Advertisement

“Berbagai program sudah kami lakukan. Kios-kios di sekitar taman Monumen 45 Banjarsari ini merupakan pasar darurat. Ini saya jelaskan karena ada SMS (short message service) ke saya berbunyai sakploke ditinggal Pak Jokowi [Joko Widodo, Wali Kota sebelumnya] kok PKL-e bertambah. Kalau pasar di sana [Pasar Banjarsari] selesai dibangun, PKL-PKL [pedagang kaki lima] ini akan bersih semua,” terang Rudy, sapaan akrabnya.

Rudy berharap setelah PKL-PKL ini bersih masyarakat di sekitarnya bisa sadar untuk membuat taman di depan rumah mereka sendiri-sendiri. Menurut Rudy, selama ini warga menyampaikan  beribu-ribu macam alasan hanya untuk membangun taman sendiri. Oleh karenanya, Rudy meminta gereja JKI ini bisa membuat taman-taman di depannya, jangan seperti lingkungan di Banjarsari.

“Kami sudah mengumpulkan mereka di Loji Gandrung, malah yang disuruh datang pembantunya. Tiga kali kami mengundang mereka di Loji Gandrung, tapi tetap yang datang pembantunya. Saya kumpulkan di PMS, saya ngalahi datang ke sana, ternyata yang datang juga pembantunya. Warga masyarakat ini mau membangun budaya memiliki atau tidak?” keluhnya.

Advertisement

Wali Kota heran dengan perilaku masyarakat di sekitar Monumen 45 Banjarsari. Dia menanyakan apakah senang bila banyak PKL berjajar lagi di depan rumah mereka. Tentunya jawaban mereka pasti tidak.

“Saya datang di sini [gereja JKI] supaya suara saya didengarkan dokter di sebelah dan masyarakat sekitar, biar mereka tahu kerja saya ini benar-benar untuk rakyat. Saya itu jengkel, saya sampaikan ke Pak Martono [tokoh di PMS]. Mang sampaikan ke bala-bala di sekeliling taman Monumen 45 Banjarsari, sekintene boten purun gawe taman teng ngarepane dewe-dewe sesok tak celuke PKL malih mawon [sekiranya tidak mau membuat taman di depan rumah sendiri-sendiri, besok dipanggilkan PKL kembali saja],” tegasnya.

Menurut dia, dulu rumah dan tanah di sekitar Monumen 45 Banjarsari dijual saja tidak laku, sekarang dibersihkan, tapi mereka  tidak mau merawat depannya sendiri.

Advertisement

“Semua ini kami lakukan agar masyarakat mau membangun budaya hidup gotong royong, saling memiliki, merawat, menjaga dan mengamankan Kota Solo dan seisinya. Khusus di gereja ini, kalau pedestrian dibangun semua, jangan sampai taman di gereja ini kalah dengan Taman Banjarsari. Mari kita bangun bersama Kota Solo ini dan kita miliki bersama. Solo ke depan lebih baik daripada Solo zaman-zaman dulu. Siapa yang memimpin, selama hati dan jantung berdenyut dan darah kita merah, kita sehat,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif