Jogja
Jumat, 6 Desember 2013 - 17:32 WIB

Penanganan Bencana Bermula di Masa Tenang

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (newsradio.me)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Masyarakat di daerah rawan bencana diimbau untuk selalu siap siaga menghadapi bencana. Tanggap bencana dimulai ketika masa tenang sebelum adanya bencana.

Salah satu staf Pusat Siaga Bantuan Kesehatan (Pusbankes) DIY I Nyoman Suaka menuturkan sebelum ada bencana warga harus paham betul potensi bencana yang ada di daerah sekitarnya. Pihak-pihak terkait seperti desa, kecamatan, kepolisian, BPBD diharapkan getol memberikan sosialisai kepada warga sehingga menjadi warga yang tanggap bencana.

Advertisement

“Warga di daerah rawan bencana seperti longsor untuk beberapa wilayah Gunungkidul harus tahu betul daerahnya. Misalnya kapan mereka harus waspada longsor, kapan mereka harus mengungsi,” papar dia kepada Harianjogja.com, Jumat (6/12/2013).

Warga pun harus dilatih untuk bisa memberikan pertolongan kepada korban yang membutuhkan bantuan. Sembari menunggu bantuan dari BPBD, PMI serta pihak lainnya, setidaknya warga bisa memberikan pertolongan pertama kepada warga lainnya.

Warga harus bisa memberikan bantuan dengan barang-barang yang ada di sekitarnya. Misalnya saja dengan menggunakan kayu, bambu, pohon pisang maupun sandal jepit.

Advertisement

“Misal benar terjadi bencana, warga sudah siap harus bagaimana. Harus ada yang menjadi penolong dan harus ada yang melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait yang bisa memberikan bantuan,” imbuh dia.

Nyoman menambahkan untuk benar-benar tanggap warga harus sering mendapatkan sosialisasi dan pelatihan. Pasalnya kondisi ketika latihan dengan bencana akan sangat berbeda.

“Sudah dapat pelatihan saja kadang masih bingung harus bagaimana dan menuju kemana. Apalagi belum mendapatkan pelatihan? Bisa-bisa kocar-kacir. Pelatihan tanggap bencana berbasis masyarakat snagat penting apalagi di daerah rawan bencana,” tutur dia.

Advertisement

Pelatihan berbasis masyarakat juga dilakukan Pokja Bencana FK UGM. Pada Kamis (5/12) lalu, Pokja Bencana FK UGM bekerjasama dengan Universitas UMEA Swedia, BPBD, Orari, Polsek Gedangsari, Koramil Gedangsari, Kecamatan Gedangsari, Desa Hargomulyo, RSUD Wonosari  dan PMI Gunungkidul menggelar simulasi bencana berbasis masyarakat.

“Sudah bagus, tapi memang perlu ditingkatkan terutama waktu respon bencana. Warga masih kebingungan harus bagaimana dan masih ada yang iren dengan rekan lainnya,” tutur Handoyo, Koordinator Pokja Bencana Fakultas Kedokteran UGM.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif