Soloraya
Selasa, 3 Desember 2013 - 14:47 WIB

HARI DIFABEL INTERNASIONAL : Bukan Semata Aksesibilitas, Tapi Perlakuan Sama...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Siswa SLB B-C Hamong Putra Jombor, Sukoharjo, membentangkan secarik kertas bertuliskan harapan pengadaan bidang miring (ramp) di ruang-ruang publik, saat aksi memperingati Hari Difabel Internasional di Alun-alun Satya Nagara Sukoharjo, Selasa (3/12/2013). (Kurniawan/JIBI/Solopos)


Siswa SLB B-C Hamong Putra Jombor, Sukoharjo, membentangkan secarik kertas bertuliskan harapan pengadaan bidang miring (ramp) di ruang-ruang publik, saat aksi memperingati Hari Difabel Internasional di Alun-alun Satya Nagara Sukoharjo, Selasa (3/12/2013). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Puluhan anak difabel siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) B-C Hamong Putra, Kelurahan Jombor, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, menggelar aksi damai untuk memperingati Hari Difabel Internasional yang jatuh pada Selasa (3/12/2013), di Alun-alun Satya Nagara Sukoharjo.

Advertisement

Aksi yang diikuti sekitar 70 siswa tersebut diisi dengan berbagai pentas keterampilan dan karya seni buatan mereka. Seperti tari Padang Bulan, pameran lukisan dan bross buatan para siswa.

Dalam aksinya, siswa membentangkan kertas bertuliskan tuntutan pembuatan ramp. Ramp atau bidang miring yang merupakan jalur akses penyandang tuna daksa, mutlak ada di tempat-tempat publik termasuk gedung pemerintahan. Tujannya untuk membuka akses ruang publik bagi semua elemen masyarakat, tidak terkecuali penyandang cacat.

Seperti diungkapkan Guntur Jalu P, siswa kelas IV SLB B-C Hamong Putro, kepada wartawan, di sela-sela aksi. Sambil duduk di kursi roda, bocah penyandang tuna daksa dan tuna grahita tersebut mengharap perhatian pemerintah. Tujuannya supaya dia bisa berjalan-jalan.

Advertisement

Sembari terbata-bata, Jalu mengaku jarang jalan-jalan ke ruang-ruang publik lantaran minimnya bidang miring. Penuturan senada disampaikan Vina Mei Astuti, guru Bahasa Inggris dan melukis SLB B-C Hamong Putro. Dia menilai ketersediaan ramp di Kota Makmur sangat kurang.

“Di Hari Difabel Internasional ini kami mohon akses penyandang disabilitas dipermudah dengan pembuatan ramp atau bidang miring. Sehingga, kursi roda kaum difabel bisa masuk ke ruang-ruang publik termasuk gedung-gedung pemerintahan,” tuturnya.

Lebih jauh lagi, Vina mengajak masyarakat bersikap lebih manusiawi terhadap kaum difabel. Kongkretnya dengan memperlakukan penyandang cacat selayaknya orang normal.

Advertisement

Harapan itu disampaikan Vina lantaran buruknya perlakuan masyarakat terhadap penyandang cacat. Dia mencontohkan, masih banyaknya masyarakat yang menganggap penyandang tuna rungu dan tuna wicara sebagai orang bodoh. Padahal, menurut Vina, penyandang tuna rungu dan tuna wicara memiliki kemampuan otak (berpikir) selayaknya orang normal.

“Tidak hanya aksesibilitas, kami berharap kaum difabel bisa lebih diakui masyarakat. Jangan menganggap penyandang cacat sebagai orang pekok [bodoh]. Jangan sisihkan dan pandang sebelah mata mereka. Mereka punya hak yang sama dengan kita,” urai Vina.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif