Jogja
Minggu, 1 Desember 2013 - 16:15 WIB

Pola Asuh Anak Salah Akibatkan, Gizi Buruk

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gizi buruk (JIBI/Solopos/Dok.)

Harianjogja.com, SLEMAN-Kasus gizi buruk masih terus terjadi di Indonesia. Meski mengalami penurunan setiap tahunnya, kasus gizi buruk belum sepenuhnya biasa hilang.

Persoalan tersebut tengah dibahas dalam Simposium Internasional Wellness, Healthy Lifestyle and Nutrition di UC Universitas Gadjah Mada Sabtu (30/11/2013) hingga Minggu (1/12/2013). Total akademisi yang ikut membahas masalah tersebut sebanyak 250 orang mulai dari Indonesia, Iran, Malaysia, dan Taiwan.

Advertisement

Ketua Panitia Fatma Zuhrotun Nisa mengatakan, persoalan gizi buruk di Indonesia turun. Namun, masalah tersebut tidak akan pernah selesai meskipun pemerintah mengentaskan persoalan kemiskinan. Pasalnya, kasus gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi tetapi lebih pada masalah budaya masyarakat.

“Selama ini, banyak anggapan yang muncul kasus gizi buruk terjadi dalam rumah tangga miskin. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab, pola asuh anak sangat berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk,” ujar Fatma yang juga Dosen Jurusan Gizi Kesehatan di Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (30/11/2013).

Fatma menjelaskan, tidak semua balita yang tumbuh di keluarga miskin tumbuh tidak sehat. Hal itu bisa terjadi jika orang tua memahami cara mengasuh anak dan mementingkan kesehatannya. Sebaliknya, sambung Fatma, anak yang kedua orang tuanya memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih, ternyata banyak mengalami gizi buruk.

Advertisement

“Ini terjadi karena pengasuhan anak diserahkan kepada nenek yang memiliki keterbatasan pengetahuan akan pentingnya pemberian makanan bergizi. Akibatnya, pola makan anak tidak menentu. Kasus ini banyak terjadi di Jogja,” terang Fatma.

Untuk mengantisipasi bertambahnya kasus gizi buruk, lanjutnya, diperlukan peningkatan pengetahuan akan pola asuh anak yang baik dan benar. Selain itu juga dengan meningkatkan keterampilan kader posyandu yang masih tergolong rendah.

“Selama ini gizi buruk hanya diidentikan dengan bobot badan yang kurang padahal juga ditentunkan dari tinggi badan per usia. Jadi tubuh pendek itu juga termasuk dalam gizi buruk,” terangya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif