Soloraya
Selasa, 26 November 2013 - 15:15 WIB

PENANGKAPAN DOKTER MANADO : Besok, Dokter di Boyolali Tunda Praktik 1,5 Jam

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (123rf.com)

Solopos.com, BOYOLALI — Puluhan dokter di Boyolali baik dokter umum maupun dokter spesialis berencana menggelar aksi solidaritas, Rabu (27/11/2013) pagi.

Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Boyolali yang juga mantan Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Dr Syamsudin, mengatakan aksi solidaritas itu menolak tindak kriminalisasi terhadap profesi dokter. Informasi yang diterima Solopos.com, aksi solidaritas tersebut merupakan sikap IDI terkait kasus kriminalisasi dokter yang terjadi di Manado.

Advertisement

Dengan adanya aksi itu, lanjut Syamsudin, dokter yang ada di klinik, rumah sakit swasta maupun puskesmas, kecuali di unit gawat darurat (UGD), akan menunda pelayanan selama 1,5 jam. “Kami tidak menutup layanan, tapi kami tunda 1,5 jam. Karena rencananya aksi solidaritas itu akan berlangsung pukul 08.00 WIB sampai 09.30 WIB,” jelas Syamsudin, kepada Solopos.com, Selasa (26/11/2013).

Syamsudin melanjutkan, di Boyolali ada sekitar 202 dokter baik dokter umum maupun spesialis. Di luar dokter yang bertugas dan jaga di pelayanan darurat, ada sekitar 90 dokter yang akan mengikuti aksi. Pihaknya telah mengomunikasikan rencana aksi ini kepada masyarakat agar tidak ada masyarakat yang kecele atau merasa dikecewakan.

Aksi solidaritas ini akan menegaskan bahwa dokter adalah pekerja profesional yang selalu memberikan pelayanan berdasarkan keilmuan, prosedur tetap (protap), dan analisis yang tajam. Dokter, kata dia, akan berusaha memberikan pelayanan terbaik dan tidak pernah menjanjikan kesembuhan.

Advertisement

“Informasi dari pengurus besar IDI, aksi ini akan digelar secara nasional. Karena permasalahan soal kriminalisasi dokter ini sudah dibahas di IDI pusat.”

Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Yulianto Prabowo, menegaskan dokter yang berada dibawah Dinkes Boyolali hanya ada sekitar 30 orang, baik yang ada di kantor dinas maupun di puskesmas. “Kami tidak mempermasalahkan jika para dokter itu mau menyampaikan aksi keprihatinan dan solidaritas. Tapi kami berharap pelayanan tidak terganggu,” kata Yulianto.

Dia berharap, IDI bisa menyiasati aksi agar dokter-dokter tersebut tidak meninggalkan tugas utama. “Apalagi kalau sampai menunda pelayanan 1,5 jam. Saya berharap baik di UGD sampai poliklinik tidak ada pelayanan yang terganggu karena aksi tersebut. Karena pelayanan kepada masyarakat adalah tugas utama dokter.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif