Jogja
Senin, 25 November 2013 - 10:45 WIB

Lima Calon Kades Melawan Kotak Kosong

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pilkades (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, BANTUL-Profesi kepala desa (Kades) di Bantul kini tak begitu diminati. Dari 20 desa yang akan menggelar Pilkades Desember mendatang, lima desa di antaranya hanya memiliki calon tunggal.

Kepala Sub Bagian Perangkat Desa Bagian Pemerintahan Desa (Pemdes) Pemkab Bantul Afif Umhatun mengatakan, hingga Jumat (22/11/2013) lalu, sudah ada lima desa yang mengajukan calon tunggal. Kelima desa itu adalah Palbapang (Bantul), Segoroyoso (Pleret), Tirtonirmolo (Kasihan), Triwidadi (Pajangan) dan Karangtalun (Imogiri). Jumlah tersebut mencapai 25% dari total 20 desa yang bertarung.

Advertisement

“Sampai sekarang ada lima calon tunggal. Padahal penutupan pendaftaran sebentar lagi kalau tidak salah beberapa desa, terakhir pendaftaran tanggal dua puluh lima atau tanggal dua puluh enam bulan ini,” teranga Afif akhir pekan lalu.

Bila calon peserta Pilkades tetap tak bertambah hingga pendaftaran ditutup, maka calon tersebut akan melawan kotak kosong sesuai Peraturan Daerah (Perda) mengenai pemilihan kepala desa. “Kalau kotak kosong yang menang, maka Pilkades diulang dari awal. Mulai dari pendaftaran hingga pemilihan,” lanjut Afif.

Ketua Komisi A DPRD Bantul yang membidangi masalah desa Agus Effendi mengatakan, kasus calon tunggal hingga lima orang merupakan yang pertama di Bantul. Ia membandingkan Pilkades pada 2012 yang digelar di 25 desa. Namun hanya ada satu desa yang memiliki calon tunggal.

Advertisement

Agus menengarai, profesi kades kini tak lagi semenarik dulu sehingga tak diminati. Pasalnya kata dia, perundang-undangan kini semakin memperketat pengelolaan keuangan desa. Sehingga kepala desa tak dapat seenaknya memperkaya diri dengan kekayaan desa. “Sekarang berbagai aturan mengharuskan berbagai potensi kekayaan desa itu harus masuk kas desa, aturannya lebih ketat,” imbuhnya.

Namun di sisi lain, banyaknya calon tunggal menurut Agus tak baik bagi demokrasi di desa. Sebab rakyat tak punya banyak pilihan untuk memilih. Sedangkan satu-satunya calon tunggal tersebut belum tentu kapasitasnya baik. “Kami cukup prihatin dengan banyaknya calon tunggal ini. Bahkan mencapai hingga dua puluh lima persen,” lanjutnya

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif