Lifestyle
Senin, 25 November 2013 - 03:30 WIB

KESEHATAN BUMIL : “Ibu Hamil Banyak yang Stres, Berat Bayi Lahir Rendah Naik”

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, Rusmawati. (Eni W/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) dari tahun ke tahun terus meningkat. Salah satu penyebabnya karena banyaknya ibu hamil yang mengalami stres atau tekanan psikologis.

Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, Rusmawati mengungkapkan BBLR adalah bayi yang berat badannya ketika lahir kurang dari 2.500 gram.

Advertisement

Berdasarkan data BBLR yang pernah dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo sejak tahun 2009-2013, jumlahnya terus meningkat.

Tahun 2009 jumlah BBLR sebanyak 128 dan ada 12 BBLR yang akhirnya meninggal. Tahun 2010 jumlah BBLR sebanyak 135 bayi dan jumlah yang meninggal 12 bayi. Tahun 2013, jumlah BBLR sebanyak 187 bayi dengan jumlah yang meninggal 15 bayi.

Advertisement

Tahun 2009 jumlah BBLR sebanyak 128 dan ada 12 BBLR yang akhirnya meninggal. Tahun 2010 jumlah BBLR sebanyak 135 bayi dan jumlah yang meninggal 12 bayi. Tahun 2013, jumlah BBLR sebanyak 187 bayi dengan jumlah yang meninggal 15 bayi.

“Untuk tahun 2013 masih ada kemungkinan jumlah BBLR bertambah karena masih ada November dan Desember. Semoga lebih banyak yang hidup,” jelasnya saat menjadi pembicara Customer Gathering Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo di aula rumah sakit setempat, Rabu (20/11/2013).

Bayi terkecil yang pernah dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah dan selamat, ungkapnya, memiliki berat badan 650 gram dengan usia kehamilan 29 pekan. Bayi termuda yang selamat usia kehamilannya 26 pekan dengan berat badan lahir 900 gram.

Advertisement

“Untuk bayi yang lahir dengan berat 650 gram sebenarnya dia anak kembar. Saat itu bayi satunya memiliki berat 400 gram tapi akhirnya meninggal,” jelasnya.

Strategi penatalaksanaan BBLR yang diterapkan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo, terangnya, yaitu termoregulasi atau upaya menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat, penggunaan alat continuous possitive airway pressure (CPAP), pemberian surfaktan, perawatan bayi lekat (kangaroo mother care), pemberian air susu ibu (ASI) dan nutrisi lain.

Seorang ibu rumah tangga asal Sondakan, Solo, Puspadewi, 27, menceritakan anak pertamanya, Azzalia Ilona Caritra Ramadhani yang kini berusia 16 bulan, dulu termasuk BBLR.

Advertisement

Ketika lahir, kehamilannya baru berusia enam setengah bulan dan anaknya lahir seberat 900 gram. Ia pun bersyukur karena anaknya bisa diselamatkan dan kini tumbuh menjadi anak yang pintar.

Ia menceritakan ketika usia kehamilannya enam bulan, Puspadewi mengalami flek darah. Ketika dicek, berat janin termasuk di bawah standar. Ketika diperiksa lebih lanjut ternyata plasentanya sudah jelek sehingga kemungkinan asupan nutrisi ke bayi tidak optimal. Akibatnya berat janin kurang dari rata-rata.

“Akhirnya dokter memberikan pilihan kepada saya dan suami, apakah akan dipertahankan dengan risiko bayi bisa meninggal di dalam atau dikeluarkan paksa. Akhirnya kami memilih untuk mengeluarkan bayi yang baru berusia 6,5 bulan itu,” jelasnya.

Advertisement

Karena berat badannya sangat rendah, ungkapnya, anak tersebut harus diinkubator selama tiga bulan. Puspadewi dan suaminya harus mengeluarkan dana sekitar Rp70 juta untuk merawat anaknya itu ketika baru lahir hingga dibawa pulang ke rumah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif