Lifestyle
Minggu, 17 November 2013 - 23:30 WIB

Kelainan Jantung, Pembunuh Pertama di Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan jantung (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Solopos.com, SRAGEN —Penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab kematian nomor 1 di Indonesia. Hal itu didukung survei kesehatan rumah tangga menyatakan 24 persen warga Indonesia meninggal karena kelainan jantung.

Rata-rata kelainan jantung dengan risiko serangan jantung hingga menyebabkan kematian terjadi pada lelaki usia di atas 45 tahun dan perempuan di atas 55 tahun. Pola hidup dituding mempengaruhi peningkatan angka kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah.

Advertisement

Hal itu disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Sragen, Aminan, didampingi Kepala RSUD Kabupaten Sragen, Farid Anshori dan Ketua Badan Pelaksana Klub Jantung Sehat (BPKJS) Kabupaten Sragen, Hargiyanto, saat menghadiri Jambore Daerah-Klub Jantung Sehat (Jamda-KJS) se-Soloraya di lapangan Desa Sambirejo, Sambirejo, Minggu (17/11/2013).

Acara dengan tema Sayangi Jantungku Agar Tetap Berdetak itu sekaligus memperingati HUT ke-49 Hari Kesehatan Nasional (HKN). Rangkaian acara pelantikan pelatih senam jantung sehat, senam massal, lomba senam jantung sehat seri 3 bagi usia di atas 50 tahun, lomba senam jantung sehat seri 5 bagi usia di bawah 50 tahun, jalan sehat, pemeriksaan kesehatan, donor darah, penyuluhan kesehatan dan pembagian hadiah.

Aminan mengutarakan kelainan jantung dan pembuluh darah termasuk kelainan degeneratif atau kelainan karena proses penuaan. Rata-rata kelainan jantung dengan risiko serangan jantung hingga menyebabkan kematian menyerang laki-laki di atas usia 45 tahun dan wanita di atas usia 55 tahun. Hal itu sejalan potret pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Sragen.

Advertisement

Kepala RSUD Sragen, Farid Anshori, menambahkan poliklinik jantung menjadi poliklinik paling diminati dibanding penyakit dalam. Rata-rata 50 pasien melakukan kunjungan rutin. Padahal poliklinik penyakit dalam paling banyak dikunjungi ketimbang jantung beberapa waktu lalu.

“Kencing manis, kolesterol, darah tinggi sebab utama jantung koroner. Pola hidup juga berpengaruh. Orang sering menyebut serangan jantung serupa masuk angin duduk. Penanganan dokter harus kurang dari 12 jam sejak gejala. Ciri-ciri keringat dingin, nyeri di dada lebih dari 20 menit, mual, muntah, sesak nafas,” kata Aminan saat ditemui Solopos.com di salah satu gedung di dekat lokasi acara, Minggu (17/11).

Ketua Panitia Jamda-KJS, Y Suhardi, menuturkan acara diikuti 1.100 orang dari 27 KJS se-Soloraya diharapkan menjadi sarana memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Terutama bagi penderita kelainan jantung. Menurut dia salah satu cara mengurangi risiko kelainan jantung melalui senam jantung sehat. Hal itu sejalan program acara yakni promotif atau penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan. Dia juga berharap KJS di Sragen berkembang. Kabupaten Sragen memiliki 22 KJS di beberapa kecamatan seperti Sambungmacan, Sragen, Karangmalang, Ngrampal, Gemolong dan lain-lain.

Advertisement

“Program promotif melalui penyuluhan dan pemeriksaan. Perubahan luar biasa akan dirasakan setelah mengikuti senam jantung sehat. Ini ajang silaturahmi dan mengembangkan KJS di luar Sragen Kota,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif