Soloraya
Kamis, 14 November 2013 - 10:15 WIB

Banjir Ancam Tepi Tol Soker di Ngemplak Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rombongan yang mempersoalkan pembangunan saluran irigasi yang terkena Tol Solo-Kertosono meninjau ke salah satu lokasi di Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Rabu (13/11/2013). (Iskandar/JIBI/Solopos)


Rombongan yang mempersoalkan pembangunan saluran irigasi yang terkena Tol Solo-Kertosono meninjau ke salah satu lokasi di Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Rabu (13/11/2013). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI –– Sejumlah desa di Kecamatan Ngemplak, Boyolali di tepi jalan Tol Solo-Kertosono (Soker) pada musim penghujan ini terancam banjir.  Karena pengerjaan alur air pada beberapa sungai dan saluran irigasi yang dilalui jalan tol dianggap digarap tanpa ukuran cermat.

Advertisement

“Tadi kita lihat di beberapa tempat, cara membuat saluran air terkesan asal-asalan. Masa saluran air dari kali besar [kira-kira lima meter] setelah terkena jalan tol sambungannya hanya dibuatkan lubang saluran selokan dengan lebar kira-kira 1,5 meter. Ini namanya kan asal-asalan, pasti daerah sekitar kali itu akan banjir kalau terjadi hujan lebat,” papar Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Kecamatan Ngemplak, Samidi, ketika ditemui Solopos.com di sela-sela pengecekan lokasi di jalan tol Soker, Kecamatan Ngemplak, Rabu (13/11/2013).

Menurut dia akibat pembangunan jalan Tol Soker yang melintasi sejumlah desa di Kecamata Ngemplak, Boyolali merusak saluran irigasi. Akibatnya 100 hektare lebih sawah di Kecamatan Ngemplak rusak.

Pada Rabu siang, sejumlah pihak yang bersinggungan dengan tol seperti Balai Besar Sungai Bengawan Solo (BBSBS), Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), DPU Boyolali, P3A Kecamatan Ngemplak, wakil Polsek dan Koramil Ngemplak dan sebagainya meninjau lokasi tol.

Advertisement

Kurang Koordinasi

Diberitakan sebelumnya, sekitar 113 hektare sawah pada lima desa di Kecamatan Ngemplak  rusak akibat saluran irigasi sawah-sawah tersebut banyak yang rusak. Hal itu terjadi selama pengerjaan pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan berlangsung sejak beberapa tahun lalu.

Lebih lanjut Samidi berharap pihak yang berwenang pada pembangunan jalan tol mengembalikan fungsi saluran irigasi seperti semula. Karena selain saat ini mematikan irigasi yang airnya dibutuhkan para petani.

Advertisement

Sementara itu salah seorang staf BBSBS, Ari Partono mengatakan pembangunan sungai, saluran irigasi dan lainnya yang terkena proyek tol perlu koordinasi dengan yang berwenang. Dia menjelaskan pembangunan alur sungai yang terpotong jalan tol kurang koordinasi sehingga perlu sinkronisasi.

“Komunikasi perlu dijalin lebih intens sehingga tidak terjadi kesalahan seperti ini. Ini gorong-gorongnya kecil sehingga membanjiri desa, karena kesalahan desainnya mungkin kurang gede. Ini terjadi di banyak tempat paling tidak ada lima seperti yang kita lihat tadi,” ujar dia.

Dia menilai ini sebagai hal yang mendesak segera dibenahi karena saat ini memasuki musim penghujan. Dikhawatirkan jika tak segera dibenahi sampai Februari akan sering terjadi banjir.

Sementara itu perwakilan dari Tol Soker, Aziz Purnomo, yang baru satu tahun meneruskan proyek itu mengakui adanya kesalahan desain pada beberapa saluran. Karena itu pihaknya siap membetulkannya. “Hal ini bisa terjadi karena kurang komunikasi antara pihak yang berkepentingan. Karena itu kami siap meningkatkan komunikasi lebih intensif dan segera membenahi beberapa kekurangan itu,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif